Sempat Menguat, Rupiah Ditutup Tumbang Jelang Akhir Pekan

Rupiah ditutup melemah di level Rp 14.010 dari penutupan sebelumnya di posisi Rp 13.994 per dolar AS.

oleh Bawono Yadika diperbarui 08 Nov 2019, 17:45 WIB
Rupiah pada saat istirahat siang ini tercatat melemah sebesar 162 poin atau turun tajam 1,24 persen ke kisaran Rp 13.246 per dolar AS, Jakarta, Rabu (9/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Data perdagangan reuters pagi ini menunjukan rupiah sempat menguat di level Rp 13.940 per dolar Amerika Serikat (AS). Tetapi, rupiah ditutup melemah di level Rp 14.010 dari penutupan sebelumnya di posisi Rp 13.994 per dolar AS.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai penguatan rupiah disebabkan oleh sentimen internal dan eksternal. Pemerintah menurutnya juga cukup berhasil menjaga posisi rupiah sehingga tercatat hanya melemah terbatas pada hari ini.

"Dari internal, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2019 menunjukkan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, di tengah kondisi ekonomi global yang melambat," ujarnya kepada Liputan6.com, Jumat (8/11/2019).

"Selain itu, berdasarkan data Bank Indonesia (BI) yang dirilis hari ini, NPI pada kuartal III/2019 menunjukkan perbaikan dengan mencatat defisit USD 46 juta, jauh lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya sebesar USD 2,0 miliar," tambah dia.

Dia melanjutkan, Pemerintah telah berhasil menetralisir kondisi ekonomi global akibat perang dagang dan BREXIT sehingga NPI bisa ditekan, walaupun bagusnya data NPI tidak bisa mengangkat sentimen positif yang signifikan terhadap mata uang rupiah.

"Namun ini bukti nyata bahwa ekonomi dalam negeri tetap terjaga dengan baik," jelasnya.

Sementara itu untuk sentimen eksternal, juru bicara Gedung Putih Stephanie Grisham mengatakan kepada Fox News Channel dalam sebuah wawancara pada hari Kamis (7/11) bahwa AS 'sangat-sangat optimis' tentang mencapai kesepakatan perdagangan dengan Cina segera.

"Namun, masih ada beberapa skeptisisme tentang kesepakatan perdagangan karena para pejabat di dalam dan di luar Gedung Putih telah berjuang dengan gagasan melepaskan tarif hukuman," kata Ibrahim.

Seperti diketahui, China dan AS telah sepakat untuk menurunkan tarif barang satu sama lain dalam kesepakatan perdagangan tahap satu.

Kesepakatan fase pertama ini pun membawa sinyal positif di tengah perang sengit panjang yang selama ini berkecamuk di antara kedua negara tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Bakal Stabil di 2020

Teller menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Selasa (15/10/219). Rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 14.166 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah memprediksi kondisi kurs atau nilai tukar Rupiah akan stabil di 2020. Bahkan akan cenderung menguat.

Piter menjelaskan, kondisi tersebut sebagai salah satu dampak positif dari adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang masih akan terus berlangsung.

“Kondisi global karena ada perang dagang itu juga memunculkan peluang,” kata dia dalam acara Economy Outlook 2020, di Menara BCA, Jakarta, Jumat (18/10/2019).

Trade war yang berlarut-larut membuat pertumbuhan ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Untuk merespon hal tersebut, maka bank-bank sentral otomatis akan melonggarkan kebijakannya dengan cara menurunkan suku bunga acuan.

“Sehingga peluangnya di 2020 itu dengan lebih longgar tersebut maka kondisi likuiditas global lebih longgar. Ada peluang dana asing masuk ke kita,” ujarnya.

Dengan derasnya aliran modal asing masuk ke Indonesia, otomatis akan memperkuat posisi rupiah di pasar.

“Rupiah di tahun depan tekanannya berkurang,” ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya