Liputan6.com, Jakarta - Pihak Sriwijaya Air akhirnya angkat bicara terkait perseteruannya dengan Garuda Indonesia. Selama ini kedua perusahaan itu bersinergi untuk memperbaiki kinerja Sriwijaya Air yang kini masih memiliki banyak tunggakan utang.
Melalui kuasa hukumnya yaitu Yusril Ihza Mahendra, manajemen Sriwijaya Air justru mengatakan selama diambil alih Garuda Indonesia, kinerja perusahaan malah semakin memburuk.
Advertisement
"Performance Sriwijaya tidak bertambah baik di bawah manajemen yang diambil alih oleh GA Grup melalui Citilink. Perusahaan malah dikelola tidak efisien dan terjadi pemborosan yang tidak perlu," tulis Yusril dalam keterangannya, Jumat (8/10/2019).
Tadi malam di kantor Garuda, Yusril mengatakan, pihaknya semula mau menyelesaikan draf perpanjangan perjanjian kerjasama dengan GA Grup. Namun karena deadlock dalam menyusun Board of Directors, maka dalam rapat Jum’at pagi ini, para pemegang saham memutuskan untuk mengambil langkah menghentikan kerjasama manajemen dengan Garuda Grup.
Nota pemberitahuan pengakhiran kerjasama itu dikirimkan ke Garuda, Citilink dan GMF hari ini.
"Sriwijaya Air juga memberitahukan secara resmi Menteri Perhubungan bahwa manajemen Sriwijaya kini diambil alih dan dijalankan sendiri oleh Sriwijaya," tegas Yusril.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bentuk BOD Baru
Sebagai langkah awal pengakhiran, dijelaskan Yusril, para pemegang saham telah memutuskan mengangkat BOD Sriwijaya yang baru yang seluruhnya berasal dari internal Sriwijaya Air. Pihak Sriwijaya juga hari ini telah mengembalikan semua tenaga staf perbantuan dari GA Grup untuk tidak bekerja lagi di Sriwijaya.
Yusril mengatakan langkah selanjutnya adalah pihaknya akan mengundang GA Grup untuk duduk satu meja membahas pengakhiran kerjasama yang sudah berlangsung selama setahun itu.
Pihaknya minta agar BPKP dan auditor independen melakukan audit terhadap Sriwijaya selama manajemen yang direksinya mayoritas berasal dari GA Grup untuk mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguh selama dimenej oleh GA Grup.
Kepada masyarakat, Yusril memohon maaf atas kurang baiknya pelayanan Sriwijaya selama manajemennya ditangani oleh direksi yang mayoritas berasal dari GA Grup.
"Selanjutnya, Sriwijaya akan kembali bekerja secara profesional melayani pelanggan sebagaimana selama ini dilakukan oleh Sriwijaya," tutup dia.
Advertisement
Status Sriwijaya Air Harus Segera Diperjelas ke Publik
Hubungan bisnis maskapai Sriwijaya Air dan anak usaha Garuda Indonesia, Citilink Indonesia kembali memburuk. Hal ini tidak hanya berdampak pada operasional perusahaan, tapi juga pada penumpang maskapai.
Pasalnya, ada beberapa kejadian penumpang yang tiketnya dibatalkan secara sepihak saat tenggat waktu sudah sempit menuju penerbangan.
Menanggapi hal tersebut, pengamat penerbangan Gatot Raharjo menyarankan agar hubungan bisnis kedua maskapai segera diselesaikan.
"Hubungan bisnis antara Sriwijaya Air dengan Garuda yang sampai saat ini masih panas dingin perlu segera dicarikan jalan keluarnya," ujar Gatot sebagaimana dikutip Liputan6.com dari keterangan tertulis, Jumat (08/11/2019).
Lebih lanjut, pemerintah sebagai regulator penerbangan nasional harus segera mengumumkan status operasional Sriwijaya Air, apakah masih layak baik secara keselamatan (airworthy) maupun bisnis dan layananannya.
"Atau sebaliknya, sudah tidak layak dan harus dihentikan penerbangannya. Ini menyangkut kepentingan penumpang Sriwijaya Air yang mencapai 10 persen dari total jumlah penumpang maskapai penerbangan nasional," ujarnya.