Setop Kasihani Penyandang Disabilitas

"Kecuali, rasa kasihan itu bisa di-covert ke sesuatu yang lebih bermanfaat," tutur Founder Difalink Ni Komang Ayu Suriani.

oleh Asnida Riani diperbarui 04 Jul 2020, 20:19 WIB
Model disabilitas mengenakan busana rancangan kolaborasi Cotton Ink x Intoart yang digawangi British Council pada Jakarta Fashion Week 2020 di Senayan, Kamis (24/10/2019). Kolaborasi ini menampilkan model disabilitas yang terdiri dari down syndrome, tuna daksa dan tuli. (Liputan.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Dengan segala keterbatasan, boleh jadi sudah secara natural rasa iba timbul ketika melihat penyandang disabilitas. Kendati, sebenarnya emosi itu dianggap kurang bermanfaat, lantaran malah sering kali jadi bumerang bagi kaum difabel.

"Banyak keluarga dari teman-teman disabilitas tak membiarkan mereka bekerja, tak membolehkan mereka berdaya dengan alasan kasihan," kata Founder Difalink Ni Komang Ayu Suriani di bilangan Jakarta Selatan, Kamis, 7 November 2019.

Anggapannya, kaum disabilitas tak lagi punya masa depan secerah orang normal. "Mereka (keluarga kaum difabel) sudah down duluan," sambung Suri, begitu ia akrab disapa.

Rasa kasian, kata perempuan asal Bali tersebut, akan lebih meaningful ketika diterjemahkan ke sesuatu, diutamakan tindakan, yang memberi dampak baik bagi penyandang disabilitas. Salah satunya dengan tidak membedakan saat bekerja bersama difabel.

"Jangan berpikir mereka dipekerjakan karena kasihan, cuma memenuhi kuota. Mereka jadi tersinggung, tidak betah kerja. Padahal, mau masuk kan ada kategori yang harus dipenuhi. Tidak jauh berbeda dengan orang biasa," papar Suri.

Karenanya, edukasi tentang disabilitas tak hanya dibagikan pada jajaran atas perusahaan, namun juga seluruh anggota tim agar membentuk ekosistem sehat dan saling mendukung.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Mereka Bisa Diberdayakan

Penyandang disabilitas di runway Jakarta Fashion Week (JFW) 2020. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Argumentasi itu selaras dengan anggapan Direktur Utama PermataBank Ridha Wirakusumah bahwa disabilitas sangat mungkin diberdayakan. "Mereka itu bertalenta. Banyak skill lebih dari orang normal," tuturnya saat jadi pembicara di konferensi Unted for Education (UFE) Sustainability Forum di Gandaria City Hall, Jakarta Selatan, Kamis, 7 November 2019.

Ditambah, bila tak diberdayakan, difabel malah nantinya jadi beban. "Misal, perusahaan tidak mau terima, mereka tidak bekerja. Alhasil, kebutuhannya harus dibantu penuhi orang lain," tambahnya.

Suri mengatakan, kaum disabilitas juga lebih loyal, yakni saat mendapat pekerjaan, kecenderungan dan keterbatasan membuat mereka acap kali bertahan lebih lama dari orang biasa.

Lalu, Senior VP GoJek sekaligus Founder GoLife Dayu Dara Permata menuturkan, semisal kaum disabilitas yang notabene merupakan 12 persen penduduk Indonesia ditinggal, secara umum Tanah Air tak akan maju.

"Karena manusia kan human being, punya feeling, saya rasa sisanya pun tidak akan sepenuhnya bahagia kalau tahu ada sekian persen saudaranya tertinggal," papar Dara.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya