Liputan6.com, Sucre - Presiden Bolivia, Evo Morales, mengumumkan pengunduran dirinya dari kursi kepresidenan pada Minggu, 10 November 2019, setelah militer dan polisi negara itu mendesaknya untuk hengkang di tengah protes keras yang sedang berlangsung di seluruh negara Amerika Latin itu.
"Perjuangan saya akan terus berlanjut, sebab saya masih memiliki kewajiban untuk mengamankan perdamaian negeri ini. Sangat menyakitkan melihat rakyat Bolivia bertikai satu sama lain dan komite sipil dan para pemimpin yang kalah (dalam pemilu) menggunakan kekerasan dan konfrontasi di antara rakyat Bolivia," ucap Morales dalam pidato pengunduran dirinya, seperti dikutip dari Sputnik, Senin (11/11/2019).
"Untuk alasan ini dan banyak alasan lainnya, saya mengundurkan diri dan mengirim surat pengunduran diri saya ke Majelis Legislatif Plurinasional," imbuhnya.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Wakil Presiden Bolivia, Alvaro Marcelo García Linera, juga melakukan langkah serupa.
"Saya telah memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai wakil presiden dan juga presiden (Majelis Legislatif Plurinasional)," Linera mengatakan kepada wartawan, menambahkan bahwa ia akan segera mengirimkan surat pengunduran diri kepada dewan legislatif.
Sebelumnya pada Minggu kemarin, komandan angkatan bersenjata Bolivia, Williams Kaliman, mendesak Evo Morales untuk segera mundur demi perdamaian dan stabilitas di Bolivia.
Tuntutan ini digaungkan oleh kepala polisi negara, Vladimir Yuri Calderon, yang juga meminta Morales untuk meninggalkan jabatannya --selain didorong oleh tuntutan oposisi untuk penghitungan ulang pilpres 20 Oktober 2019.
Kekacauan politik di negara itu dipicu setelah Evo Morales mendapatkan masa jabatan baru dalam pemilihan presiden bulan kemarin.
Mulanya, demonstrasi berjalan dengan damai. Namun berubah dengan cepat menjadi kerusuhan, menyusul tanggapan polisi yang tidak jujur dan insiden pembakaran serta penjarahan, termasuk kantor media milik negara.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
13 Tahun Memerintah Bolivia
Evo Morales mengundurkan diri setelah memimpin Bolivia selama 13 tahun. Ia mundur di tengah kekacauan menyusul terpilih kembali dirinya dalam pemilu yang disengketakan bulan lalu.
Pada Minggu 10 November, pengawas internasional menyerukan agar hasil pemilu dibatalkan, dengan mengatakan mereka telah menemukan "manipulasi yang jelas" dari hasil pemilu 20 Oktober lalu.
Morales sepakat dengan temuan itu dan mengumumkan niatnya untuk menggelar pemilu yang baru - setelah merombak komisi pemilihan umum negara tersebut. Namun, para politisi - serta panglima militer dan kepala kepolisian - telah mendesaknya untuk mundur.
Dalam pernyataannya di televisi, seperti dilansir BBC Senin (11/11/2019), Evo Morales mengatakan ia akan mundur dari posisinya sebagai presiden, dan mendesak para pengunjuk rasa untuk "berhenti menyerang saudara-saudari, berhenti membakar dan menyerang."
Beberapa sekutunya diserang awal pekan lalu, dan mengatakan bahwa rumah mereka telah dibakar.
Sang wakil presiden, Alvaro Garcia Linera, serta Senat Presiden Adriana Salvatierra juga telah mengundurkan diri.
Para demonstran turun ke jalan untuk merayakan pengumuman mundurnya Evo Morales sambil meneriakkan, "ya, kita bisa" dan menyalakan petasan.
Advertisement
Biografi Singkat Evo Morales
Morales, presiden Bolivia pertama yang berasal dari masyarakat adat setempat, telah menjabat sebagai presiden sejak 2006.
Ia kembali berlaga dalam pemilu presiden keempatnya pada bulan Oktober lalu setelah Mahkamah Konstitusi membuat keputusan kontroversial yang menghapus peraturan tentang batas masa jabatan presiden.
Dalam referendum tahun 2016, mayoritas memilih "tidak" alias menolak amandemen konstitusi mengenai perpanjangan masa jabatan presiden.
Meski demikian, partai Morales membawa masalah itu ke Mahkamah Konstitusi, yang pada akhirnya menghapus sama sekali aturan tentang masa jabatan presiden.