Ransomware Serang Server Perusahaan Minyak Meksiko

Ini merupakan ransomware yang menargetkan perusahaan dengan pendapatan tahunan antara USD 500 juta hingga USD 1 miliar.

oleh M Hidayat diperbarui 12 Nov 2019, 16:00 WIB
Ilustrasi Ransomware

Liputan6.com, Jakarta - Ransomware mematikan telah menyerang peladen (server) komputer perusahaan minyak Meksiko, Pemex, pada Senin (11/11/2019).

Email internal perusahaan menyebut perusahaan milik negara itu menjadi korban ransomware bernama Ryuk. Ini merupakan ransomware yang menargetkan perusahaan dengan pendapatan tahunan antara USD 500 juta hingga USD 1 miliar.

"Kami mengambil langkah-langkah untuk memerangi ransomware Ryuk, yang memengaruhi berbagai peladen Pemex di negara ini," kata seorang pejabat perusahaan dikutip dari Reuters, Selasa (12/11/2019).

Perusahaan mengaku sering mendapat serangan dan ancaman siber, tetapi hingga kasus ini, belum pernah ada yang berhasil menimbulkan kerusakan sistemik.

Selain itu, perusahaan menyebut serangan Ryuk telah diatasi dan jumlah komputer yang terdampak kurang dari 5 persen. Perusahaan juga mengklaim produksi dan penyimpanan minyak tidak terpengaruh oleh serangan ini.


Gamer Fortnite Jadi Korban Ransomware Berkedok Aimbot Cheat

Beberapa waktu lalu, sejumlah gamer Fortnite menjadi target serangan ransomware yang menyamarkan diri sebagai cheat di dalam gim besutan Epic Games tersebut.

Adapun cheat yang dimaksud memungkinkan pemain dapat membidik lawan lebih akurat dan dapat membantu gamer mengetahui lokasi lawan saat di dalam gim.

Diberi nama Syrk, ransomware yang disamarkan sebagai cheat gim Fortnite ini pertama kali ditemukan oleh tim peneliti keamanan di Cyren Ltd.

Kode untuk Syrk ini dibuat menggunakan Hidden-Cry, kode ransomware sumber terbuka (open source) yang tersedia secara gratis di GitHub, sebagaimana dikutip dari laman Siliconangle, Jumat (23/8/2019).

Seperti ransomware lainnya, kode ini akan mengenkripsi file dan menuntut korban membayar tebusan bilamana ingin memulihkan file mereka.

Tak tanggung-tanggung, peretas juga bakal dengan sengaja menghapus file korban setiap dua jam hingga waktu pembayaran tebusan yang ditentukan. Karena menggunakan kode berbasis sumber terbuka, sejumlah peneliti keamanan telah menemukan 'kunci' yang dapat memulihkan file korban.

(Why/Isk)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya