Jerman Bekuk 3 Orang Terduga Antek ISIS Perencana Pengeboman

Otoritas Jerman menggagalkan komplotan militan yang terkait dengan ISIS, di mana mereka berencana mengebom sebanyak mungkin 'orang kafir'.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 13 Nov 2019, 14:21 WIB
Ilustrasi Bendera Jerman (pixabay.com)

Liputan6.com, Frankfurt - Otoritas Jerman menggagalkan komplotan militan yang diduga terkait dengan ISIS, di mana mereka berencana mengebom sebanyak mungkin 'orang kafir'.

"Polisi menangkap tiga pria di Offenbach, dekat Frankfurt. Mereka diduga merencanakan serangan atas nama ISIS menggunakan bahan peledak," kata pejabat tinggi kejaksaan lokal pada Selasa 12 November 2019 waktu lokal.

Tersangka utama adalah seorang pria Jerman (24) berdarah Makedonia. Ia berencana merakit bahan peledak dan mencoba membeli senjata online, kata pejabat kejaksaan Frankfurt.

Dua kaki tangannya adalah warga negara Turki berusia 22 dan 21 tahun. Keduanya ditangkap dalam serangkaian penggerebekan kemarin, the Daily Mail melaporkan, dikutip pada Rabu (13/11/2019).

Tiga tersangka itu ingin membunuh sebanyak mungkin 'orang kafir' dalam serangan itu, Kepala Jaksa Frankfurt Nadja Niesen menambahkan dalam sebuah pernyataan.

Dia menambahkan: "Intervensi terjadi pada waktunya untuk mencegah ancaman nyata."

Sekitar 170 petugas polisi menggeledah tiga apartemen di kota Offenbach barat dan menahan orang-orang itu, yang sudah diawasi sebelumnya oleh pihak berwenang.

Niesen mengatakan para tersangka tampaknya telah merencanakan serangan di wilayah Rhine-Main dengan maksud untuk membunuh sebanyak mungkin orang, yang mereka sebut sebagai 'orang kafir'. Tetapi belum diketahui apakah mereka telah memilih target tertentu.

Ketiga tersangka tersebut diduga telah berbicara tentang dukungan mereka terhadap ISIS di hadapan para saksi, yang memberi tahu pihak berwenang, tambah Niesen.

Tersangka utama, kata polisi Jerman, juga memiliki "bahan dan peralatan yang berhubungan dengan bahan peledak", setelah penggeledahan di rumahnya.

Simak video pilihan berikut:


Perkembangan

Ilustrasi Anggota ISIS (AFP Photo)

Usai kematian pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi pada akhir Oktober lalu, terungkap pada pekan ini bahwa sebuah kamp pengungsi di Suriah utara yang penuh dengan keluarga ISIS telah berubah menjadi 'kekhalifahan mini' dengan pengikut setia dilaporkan membabi buta mengejar sasaran.

Lebih dari 70.000 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, ditahan di kamp di Al Hol di timur laut negara itu dan ribuan dari mereka diduga keluarga pejuang ISIS.

Invasi Turki bulan lalu memicu terusirnya pasukan Kurdi yang menjaga kamp tersebut, membuatnya rentan terhadap penusukan dan serangan senjata.

Beberapa militan ISIS sebelumnya melarikan diri dari penjara-penjara yang dikuasai Kurdi di daerah itu dan ketakutan di antara negara-negara Eropa adalah bahwa ketidakstabilan di kawasan itu dapat menyebabkan para ekstremis membanjiri Suriah untuk melancarkan serangan teror.

Sementara itu, pekan ini presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan Ankara akan mulai mengirim militan asing ISIS kembali ke negara asal mereka setelah invasi negaranya dan serangan terhadap Kurdi.

Erdogan, dan bahkan Presiden AS Donald Trump, telah sering mengkritik Eropa karena menolak untuk mengambil kembali pejuang ISIS mereka secara sukarela.

Intelijen Yordania baru-baru ini menggagalkan sebuah komplotan oleh dua orang yang diduga gerilyawan ISIS untuk melancarkan serangan teror terhadap para diplomat AS dan Israel bersama pasukan Amerika yang dikerahkan di sebuah pangkalan militer di selatan negara itu, surat kabar milik negara al Rai melaporkan.

Dikatakan bahwa para tersangka telah berencana mengarahkan kendaraan ke sasaran mereka dan menyerang mereka dengan senjata api dan pisau.

Para tersangka akan diadili di pengadilan Yordania, menurut media setempat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya