Liputan6.com, Bangkok - Baku tembak terjadi di ruang sidang Thailand pada Selasa 12 November 2019. Tiga orang tewas dalam peristiwa tersebut.
Saat itu, mengutip SCMP, Rabu (13/11/2019), menurut polisi tengah digelar sidang perselisihan warisan. Dua korban diidentifikasi sebagai pengacara.
Advertisement
Pria bersenjata itu menembaki pihak yang berselisih dalam perselisihan di pengadilan Provinsi Chanthaburi, sebelum seorang penjaga menembak balik dan dengan fatal melukainya.
Juru bicara kantor polisi nasional Krissana Pattanacharoen mengatakan, tiga orang termasuk penyerang dipastikan tewas, sementara yang lain terluka dalam perkelahian tersebut.
"Dua pengacara, satu lagi penembak," katanya, seraya menambahkan bahwa mereka masih menyelidiki mengapa perselisihan di ruang sidang berubah mematikan.
Korban
Identitas para korban tidak dipublikasikan, tetapi Bangkok Post menuliskan bahwa Bancha Porameesanaporn adalah salah satu korban. Bancha merupakan mantan pengacara perdana menteri yang digulingkan Yingluck Shinawatra terkait skema subsidi beras yang diduga menelan biaya US$ 8 miliar dari Thailand.
PM Yingluck Shinawatra kalah, dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara pada tahun 2017.
"Pria bersenjata diidentifikasi sebagai mantan perwira polisi Tharin Chantharathip. Sedangkan penuduhnya yang terlibat perselisihan selama bertahun-tahun, termasuk gugatan sipil yang berkaitan dengan tanah dan kasus-kasus kriminal lainnya," kata Suriya Hongwilai, juru bicara pengadilan..
"Ketika hakim meninggalkan ruang sidang, terdakwa melakukan hal yang tidak terduga," kata Suriya.
Gambar mengerikan dari ruang sidang berdarah, sekitar 250 kilometer (155 mil) tenggara Bangkok, kemudian beredar di media sosial.
Advertisement
Negara dengan Kepemilikan Senjata Tinggi
Thailand memiliki tingkat kepemilikan senjata yang tinggi dan perselisihan pribadi yang kadang disebabkan oleh hal remeh-temeh. Kasus percintaan dan bisnis kerap diselesaikan dengan peluru.
Namun insiden tersebut adalah yang terbaru dari serangkaian penembakan di gedung pengadilan tingkat tinggi, yang mengungkap kelemahan dalam keamanan sistem hukum.
Seminggu yang lalu, tiga tersangka narkoba - termasuk seorang Amerika - juga kedapatan menembak dan menikam sejumlah orang lalu kabur dari pengadilan di kota pantai Pattaya sebelum dilacak oleh polisi.
Pada Oktober, seorang hakim Thailand di selatan yang dilanda pemberontakan menembak dirinya sendiri di dada, di depan pengadilan yang penuh sesak setelah membebaskan beberapa tersangka pembunuhan dan mengutuk sistem peradilan dalam pidato yang berapi-api.