Perlunya Aksi Nyata Agar Penyandang Disabilitas Dianggap Setara

Anak-anak penyandang disabilitas harus dibekali keterampilan.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Nov 2019, 15:21 WIB
Ikuti gerakan #TERUSGERAK untuk membantu para penyandang disabilitas semakin mudah melakukan mobilisasi. Seperti apa isi dari gerakan ini?

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Yayasan Helping Hands Wendy Kusumowidagdo mengatakan, perlu adanya aksi nyata agar penyandang disabilitas bisa setara dengan yang lainnya.

"Harus ada aksi nyata untuk membantu saudara kita yang disabilitas, agar bisa berjalan beriringan dengan setara bersama seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan Indonesia yang maju," ujar Wendy, seperti dikutip dari Antara, Rabu (13/11/2019).

Menurutnya, anak-anak penyandang disabilitas harus dibekali keterampilan. Hal itu dilakukan agar mereka memiliki kesempatan yang setara dengan anak-anak bangsa lainnya.

"Saat ini, penyandang disabilitas masih mendapat berbagai stigma bahkan terkadang berujung pada semakin terbatasnya ruang gerak mereka di tengah masyarakat," kata Wendy.

Di Indonesia, lanjut dia, penyandang disabilitas masih mengalami kesulitan besar dalam mendapatkan pekerjaan formal.

Sementara itu menurut salah satu pendiri Yayasan Helping Hands Willy Suwandi Dharma, hanya sekitar 1,2 persen penyandang disabilitas yang berhasil ditempatkan dalam sektor tenaga kerja formal.

"Persoalan keterbatasan akses penyandang disabilitas terhadap pekerjaan formal terjadi sejak lama. Oleh karena itu Yayasan Helping Hands berupaya untuk menjadi jembatan antara dunia disabilitas dengan nondisabilitas. Dengan orang lebih mengenal seseorang yang difabel, memahami kemampuan, kelemahan, kebutuhan, kesamaan, perbedaan, kami berharap ia akan lebih mau berupaya memberi dampak bagi komunitas difabel," papar Willy.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Perlu Bangun Jembatan Kesetaraan dan Kebersamaan

Ilustrasi Disabilitas

Willy mengatakan, untuk membangun jembatan kesetaraan dan kebersamaan, pihaknya menggunakan metodologi program berbasis empat elemen yakni edukatif, inklusif, partisipatif dan eksperensial.

"Keempat elemen tersebut selanjutnya diwujudkan dalam tiga pilar yakni pendidikan alam, pendidikan olahraga, dan pengalaman profesional," terangnya.

Program tersebut, lanjut Willy, kemudian dijalankan oleh para anak muda penyandang disabilitas yang menjadi peserta didik Yayasan Helping Hands.

"Kami berupaya untuk selalu menyatukan anak-anak muda penyandang disabilitas dengan nondisabilitas. Kami berupaya menyatukan anak muda disabilitas dengan nondisabilitas ke dalam berbagai pelatihan nonformal. Kami percaya, melalui pelatihan bersama itu para penyandang disabilitas dan nondisabilitas akan berinteraksi sekaligus meresapi nilai-nilai seperti toleransi, empati, kepemimpinan dan kerja sama yang akan membuka ruang kebersamaan yang lebih luas lagi ke depannya," jelas Wendy.

Untuk pengamalan profesional, pihaknya membawa para siswa-siswi Sekolah Luar Biasa ke berbagai perusahaan untuk merasakan pengalaman pelatihan bersama dengan pekerja profesional.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya