Jokowi Bidik Pemerataan Ekonomi Lewat Ibu Kota Baru

Pertumbuhan ekonomi tak hanya boleh dinikmati daerah-daerah sentral saja seperti Jakarta atau Pulau Jawa.

oleh Bawono Yadika diperbarui 14 Nov 2019, 16:36 WIB
Sejumlah siswa mencari lokasi calon ibu kota baru pada peta saat kegiatan belajar bertema wawasan Nusantara di SDN Menteng 02, Jakarta, Selasa (27/8/2019). Kegiatan belajar wawasan Nusantara itu memberitahukan lokasi pemindahan ibu kota RI dari Jakarta ke Kalimantan Timur.(merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Alasan lain yang digaungkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait pemindahan ibu kota baru ialah aspek pemerataan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tak hanya boleh dinikmati daerah-daerah sentral saja seperti Jakarta atau Pulau Jawa.

"Saya perlu sampaikan bahwa penduduk kita 56 persen atau sekitar 149 juta itu ada di Pulau Jawa. Kemudian PDB ekonomi kita 58 persen ada di Pulau Jawa. Paling besar itu di Jakarta. Sehinga perlu adanya pemerataan," tutur dia di Jakarta, Kamis (14/11/2019).

Jokowi bercerita, kajian pemindahan ibu kota baru sebenarnya merupakan pemikiran lama yang bahkan sudah terjadi sejak di era kepemimpinan Soekarno hingga Soeharto.

"Dan 5 tahun lalu kita kaji ulang lagi pemindahan ibu kota ini. Dan secara sejarah, Kaltim minim dari bencana seperti tsunami dan banjir," ujarnya.

Dia pun meyakini pembangunan ibu kota baru dapat membawa Indonesia menjadi negara besar, mengubah wajah tanah air di level internasional.

"Kita ingin menunjukan bahwa negara ini pada suatu titik akan masuk ke negara dengan ekonomi terkuat, bahkan 3 besar dunia," pungkasnya.


Jokowi: Ibu Kota Baru Tak Cuma soal Pindah Tempat, tapi Juga Pola Pikir

Maket Ibu Kota baru (dok Kementerian PUPR)

Presiden Joko Widodo mengungkapkan sejumlah alasan mengapa akhirnya memilih Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai ibu kota negara baru.

Pertama, Kaltim dinilai minim akan risiko bencana alam seperti tsunami, banjir, dan lain sebagainya. Kedua, negara tak perlu mengurus pembebasan lahan, sebab di sana merupakan tanah negara.

"Ketiga, Kita ingin ada titik-titik baru pertumbuhan ekonomi. Kita tak hanya ingin pindah tempat tapi juga pola pikir, budaya, kerja, harus pindah semuanya," tuturnya di Jakarta, Kamis (14/11/2019).

Jokowi bercerita, memang membutuhkan proses besar untuk membangun peradaban baru di Kaltim. Akan tetapi, pihaknya optimistis dapat membawa kultur baru di Kaltim bagi masyarakat Indonesia.

"Kultur harus berubah semua. Jadi saya ingin sudah ter-install sistem yang baru. Jadi, pada saat pemerintah kita masuk ke sana, sistemnya sudah siap. Orang tinggal ikuti sistem," ujarnya.

Dia pun melanjutkan, Kaltim harus menjadi hub atau penghubung talent-talent lokal dengan global atau internasional yang ada di sana.

"Harus ada daya tarik yang kuat, sehingga ibu kota betul-betul sebuah Indonesia yang baru dengan peradaban yang baru pula," ucapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya