Liputan6.com, Surabaya - Perusahaan pemasok besi bekas asal Surabaya atau PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS) terus memperkuat bisnis setelah melepas sebagian saham melalui initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada September 2019.
Perseroan ini membeli tiga kapal bekas yang diperkirakan menghasilkan 7.300 ton besi scrap untuk bahan baku baja pada 2019.
Direktur O PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS), Alan Priyambodo Krisnamurti mengatakan, pembelian kapal bekas ini merupakan upaya perusahaan untuk merealisasikan target penjualan pada 2019 yang mencapai 24.000 ton besi scrap hasil pemotongan dari kapal - kapal bekas.
"Setelah IPO kami memiliki ruang yang lebih luas untuk mengeksekusi rencana-rencana bisnis, termasuk pembelian tiga kapal ini. Kami yakin aksi korporasi yang dilakukan perusahaan akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan hingga akhir tahun," ujar Alan di Surabaya, Kamis (14/11/2019).
Baca Juga
Advertisement
Alan menambahkan, dengan harga besi scrap yang relatif stabil, perseroan optimistis mampu meraih target pendapatan tahun ini sekitar Rp 100-110 miliar.
"Sebagai perusahaan pionir bisnis besi scrap di Indonesia, kami optimistis pasar kami masih terbuka luas. Apalagi kebutuhan terhadap baja juga masih akan tinggi sejalan dengan agenda pembangunan infrastruktur pemerintah," tambahnya.
Sekretaris Perusahaan PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk, Rubbyanto P.H. Handaja menuturkan, pembelian tiga kapal bekas ini merupakan kapal dengan jenis Kapal Muatan (KM) Mentari Perdana dengan berat 4.188 gross tonnage (GT), KM Mentari Sentosa seberat 4.980 GT, dan KM Mentari Persada seberat 7.312 GT.
Saat ini, menurut dia, tiga kapal tersebut telah dikirim dari sekitar Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya menuju Kamal, Madura, yang akan menjadi lokasi pemotongan kapal bekas menjadi besi scrap oleh perseroan. Satu dari tiga kapal tersebut sudah sampai di daratan, sementara dua lagi saat ini masih di lautan.
"Tiga kapal bekas yang kami beli sudah menjalani semua prosedur yang kami terapkan dalam setiap pembelian kapal hingga akhirnya kapal dikirim dan dilakukan pemotongan," kata Rubby.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pengiriman Kapal
Menurut Rubby, perusahaan memiliki instruksi kerja pengiriman kapal yang mesti diterapkan dalam setiap proses pembelian kapal. Setelah negosiasi disetujui antara perseroan dengan pihak penjual, perusahaan akan segera inspeksi kapal dengan menakar kondisi dan potensi bahan baku baja yang dihasilkan dari kapal tersebut.
Dengan rampungnya inspeksi kapal, perusahaan lalu melakukan pengiriman kapal ke Madura. Setelah kapal tiba dan kemudian bersandar, proses pemotongan kapal mulai dilakukan.
"Butuh proses yang cukup panjang hingga akhirnya kapal bekas yang kami beli dapat dipotong dan kemudian diproses untuk menjadi bahan baku baja yang siap dijual ke pasaran," papar Rubby.
Alan mengatakan, kebutuhan bahan baku besi scrap juga didukung oleh ketersedian kapal-kapal tua yang berada di berbagai wilayah Indonesia. Saat ini, usia rata-rata kapal yang ada di Indonesia antara 20-25 tahun. Sementara, perusahaan asuransi hanya membiayai kapal yang usianya tidak lebih dari 25 tahun.
Mengacu data Indonesian National Shipowners Association (INSA) pada 2016, jumlah kapal di Indonesia mencapai lebih dari 24.000. Dari jumlah itu, sebanyak 1.900 kapal memiliki bobot lebih dari 10.000 DWT.
"Dengan pengalaman, jaringan, dan strategi bisnis yang terukur serta disiplin, kami optimistis kinerja OPMS akan terus tumbuh berkelanjutan. Kami juga akan mengoptimalkan setiap peluang untuk memperkuat fundamental perusahaan, khususnya dalam penyediaan kapal-kapal bekas dengan harga yang efisien," ujar Alan.
Advertisement