Liputan6.com, Jakarta - Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjdjaran, Muradi, menilai pemilihan sosok kabareskrim harus tetap berdasarkan subyektivitas Kapolri. Sosok itu hendaknya tidak hanya berprestasi namun juga harus kuat loyalitasnya.
"Jadi memang berprestasi, pintar, kepangkatannya cocok dia senior, tapi loyal enggak sama pimpinan? Karena salah satu yang kemudian menjadi poin penting adalah ada pijakan yang namanya loyalitas,” kata Muradi, Kamis (14/11).
Advertisement
"Nah itu kemudian kenapa pimpinan harus kemudian mencari di antara yang pintar, berprestasi, senior dan punya etos kerja baik, cari juga yang ada plusnya. Plusnya itu loyal," imbuh dia.
Muradi menekankan Idham tak salah pilih menunjuk profil yang akan menempati jabatan strategis sebagai Kabareskrim. Terlebih, Idham hanya menjabat sebagai Kapolri selama 14 bulan karena terkendala usia pensiun.
“Pak Idham butuh Kabareskrim bukan cuma pintar dan punya kapasitas tapi juga loyal terhadap pimpinan dan institusi. Itu yang paling penting saya kira buat orang-orang menilai sejauh mana Kabareskrim. Pak Idham backgroundnya Kabareskrim jadi jangan salah pilih, kalau salah pilih jadi beban bagi Pak Idham, apalagi cuma setahun kan Pak Idham,” pesannya.
Muradi meminta penunjukan Kabareskrim terlepas dari intervensi pihak luar, termasuk elite politik. Hal ini terkait loyalitas penuh Kabareskrim bila penunjukannya berdasarkan bisikan pihak eksternal.
Kabareskrim terpilih juga nantinya harus berkriteria memiliki hubungan baik dengan berbagai pihak, baik tokoh agama, wartawan, maupun kalangan lainnya.
“Pokoknya Pak Idham harus cari yang plusnya, kalau enggak dia akan kerepotan membangun paradigma penguatan di level internal Polri, karena Kabareskrim itu adalah background dari polisi,” imbuhnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kemampuan Komunikasi Baik
Terpisah, Pengamat pertahanan dan keamanan Mufti Makarim sebelumnnya berpesan pentingnya kemampuan komunikasi baik dua arah dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat sebagai kriteria Kabareskrim. Hal tersebut terkait deteksi ancaman kriminalitas dan terorisme.
“Sebenarnya hubungan baik Kabareskrim dengan tokoh diperlukan karena tiga faktor. Pertama butuh kepercayaan masyarakat bahwa tugas penegakan hukum dan Kamtibmas Polri semata-mata untuk tujuan keamanan masyarakat. Dan media komunikasi yang tepat adalah para tokoh. Termasuk juga menjadi jembatan aspirasi masyarakat,” papar Mufti.
Kedua, lanjut dia, Polri perlu dukungan informasi terkait ancaman kriminalitas dan terorisme. Para tokoh penting menyadarkan masyarakat agar berani memberi info dan tidak melindungi pelaku kejahatan.
"Ketiga hubungan ini juga dalam rangka membangun keterbukaan akses atas kritik dan saran yang disampaikan para tokoh tersebut,” tukasnya.
Advertisement