Hari Toleransi Internasional, Ada Rumah Ibadah 6 Agama Berdampingan di Surabaya

Salah satu bentuk toleransi di Surabaya adalah berdirinya rumah ibadah dari 6 agama yang berbeda. Rumah ibadah 6 agama itu berjejer rapi dalam suatu perumahan.

oleh Liputan Enam diperbarui 16 Nov 2020, 10:46 WIB
Tempat ibadah di komplek perumahan di Surabaya, Jawa Timur (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Setiap tahun, 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional. Peringatan Hari Toleransi Internasional ini sebagai bentuk penghormatan dan apresiasi dengan keragaman di dunia ini.

Melansir dari laman UN.org, peringatan ini dimulai sejak 1996. Kala itu, Majelis Umum PBB mengundang semua negara yang menjadi anggota PBB untuk merayakan Hari Toleransi Internasional setiap 16 November. 

Deklarasi hari toleransi ini dibuat sebagai bentuk penghormatan dan apresiasi terhadap beragam budaya di dunia. Hal ini karena, keragaman agama, bahasa, budaya, dan etnis dunia bukan dijadikan dalih untuk konflik, melainkan sebagai pelengkap yang memperkaya setiap manusia. 

Salah satu bentuk toleransi di Surabaya, Ibu Kota Jawa Timur adalah berdirinya rumah ibadah dari 6 agama yang berbeda. Rumah ibadah tersebut terletak di perumahan Royal Residence Surabaya. 

Dalam perumahan elit yang ada di Jalan Raya Wiyung tersebut berjejer rapi rumah ibadah dari agama yang beragam. Mulai dari Gereja Katolik, Gereja Kristen, Masjid Muhajirin dan Vihara, Klenteng, Pura yang masih dalam tahap pembangunan. 

Awal dibangunnya berbagai rumah ibadah ini bermula dari keresahan warga perumahan yang tidak memiliki fasilitas tempat beribadah. Beberapa warga ingin adanya tempat ibadah umum di kawasan perumahan di Surabaya tersebut. 

Akhirnya setelah disepakati beberapa pihak dibangunlah rumah ibadah 6 kepercayaan itu. Untuk pendanaan bangunan, dilakukan secara swadaya dengan cara warga dari perwakilan agama masing-masing mencari sumbangan. 

Selain tempat ibadah, warga di sana juga ingin membuat organisasi untuk wadah semua umat beragama di komplek perumahan tersebut. Oleh karena itu, tercetuslah ide membuat Forum Komunikasi Rumah Ibadah (FKRI). 

Dari organisasi tersebut, para pemeluk agama dapat menjadwalkan kegiatan rutin atau khusus agar tidak bertabrakan. Selain itu, melalui FKRI juga disepakati hal-hal yang berkaitan semua agama, seperti lapangan parkir.

(Kezia Priscilla - Mahasiswa UMN)

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Hari Diabetes Sedunia, Jaga Jadwal Makan hingga Bergerak

Ilustrasi diabetes (iStockphoto)

Sebelumnya, Hari Diabetes Sedunia diperingati setiap 14 November. Peringatan Hari Diabetes Sedunia ini dilakukan sejak 1991 yang diperkenalkan oleh organisasi kesehatan dunia (World Health Organization) dan International Diabetes Federation (IDF).

14 November menjadi pilihan karena hari kelahiran Sir Frederick Banting pada 14 November 1891. Ia menemukan insulin bersama Charles Best pada 1922. Peringatan Hari Diabetes Sedunia ini untuk mengampanyekan kesadaran akan diabetes di dunia yang jangkau lebih dari 1 miliar orang di lebih dari 160 negara.

Hari Diabetes Sedunia ini diperingati mengingat jumlah penderitanya yang meningkat. Diabetes termasuk salah satu penyebab kematian terbesar di dunia selain HIV/AIDS, TBC dan malaria.

Pada 2019,  Federasi Diabetes Internasional (IDF) menyoroti keluarga untuk meningkatkan kesadaran manajemen, perawatan, pencegahan dan pendidikan tentang diabetes.

Mengutip Antara, penelitian yang dilakukan oleh IDF pada 2018 menemukan orangtua akan berjuang mati-matian untuk mengetahui penyakit serius yang kemungkinan seumur hidup dapat diderita anak-anak mereka.

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Anis Catur Adi menuturkan, saat ini penderita diabetes tipe dua cenderung meningkat. Diabetes tipe dua ini ketika kondisi kadar gula dalam darah melebihi normal disebabkan tubuh tidak menggunakan hormone insulin yang dihasilkan pankreas secara normal.

Penderita diabetes ini, menurut Anis bisa disebabkan oleh gaya hidup kurang sehat seperti meningkatnya konsumsi makanan dan minuman cenderung manis. Selain itu, seseorang kurang bergerak juga dapat memicu diabetes.

Oleh karena itu, Anis menuturkan, ada sejumlah langkah yang dilakukan untuk mencegah diabetes. "Perhatikan jenis, jumlah, jadwal. Itu yang harus diperhatikan. Kuncinya perubahan pola hidup seperti makanan dan mencegahnya dengan makan teratur," ujar Anis saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (14/11/2019).

 


Jadwal Makan Teratur

Gambar ilustrasi

Anis menuturkan, jadwal makan yang teratur itu antara lain dengan tiga kali makan dan dua kali snack. Ia mencontohkan, sarapan dapat dilakukan jam tujuh pagi, kemudian dilanjutkan dengan makan camilan pada jam 10 pagi. Lalu dilanjutkan makan siang jam 12-13-an dan camilan sekitar jam 15.00. Selanjutnya makan malam dilakukan sekitar jam 18.00-19.000.

Lalu perhatikan jenis makanan. Anis menambahkan, memperhatikan jenis makanan itu dengan mengurangi glukosa dari karbohidrat. Sebaiknya juga meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks dengan makan sayur-sayuran dan umbi-umbian.

"Kurangi makanan dan minuman yang diolah dengan sempurna. Hal itu karena makanan dan minuman yang diolah sempurna itu diserap tubuh dan meningkatkan gula darah,” kata dia.

Selanjutnya, menurut Anis, seseorang juga harus rutin bergerak. Misalkan dengan berolahraga secara mingguan dan menggerakkan anggota tubuh.

"Minimal 15-30 menit untuk bergerak misalkan dengan jalan, menyapu,pokoknya gerakkan anggota badan,” ujar dia.

Anis mengingatkan untuk mencegah diabetes dengan memiliki motivasi untuk hidup sehat. Hidup sehat tersebut bisa dilakukan kegiatan sehari-hari.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya