Liputan6.com, Venesia - Pemerintah Italia telah resmi menetapkan status darurat bagi Venesia yang dilanda banjir sejak 14 November 2019. Air yang mencapai ketinggian hingga 1,87 meter telah merendam sebagian besar lokasi wisata yang terkenal di Venesia dan memutus aliran listrik bagi warga yang tinggal di sana.
Banjir ikut merendam kawasan terkenal, Basilika dan bangunan kuno lainnya. Akibatnya, sejumlah bangunan dan benda peninggalan sejarah yang berada di sana terancam rusak dan roda perekonomian warga berhenti.
Advertisement
Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte, seperti dilansir BBC sangat terpukul dengan kejadian ini. Conte menyampaikan, banjir yang merendam Kota Venesia telah menghancurkan jantung negara mereka.
"Sangat menyakitkan melihat kota begitu hancur, itu adalah warisan artistik rusak dan perekonomian terganggu," kata Conte melalui Facebook usai berkunjung ke Venesia, Rabu (14/11/2019).
Banjir selama ini memang menjadi ancaman bagi Venesia, salah satu daerah wisata terkenal di Italia. Bahkan saat Liputan6.com berkunjung ke sana pada 7 November lalu, masih terlihat sisa air pasang yang malamnya sempat menggenangi St Mark's Square.
Lantai kawasan wisata St Mark's Square yang sudah berusia ratusan tahun tampak basah. "Ini air sisa air pasang yang naik tadi malam," kata Lucia pemandu wisata yang menemani perjalanan Liputan6.com di Venesia.
Lucia lahir dan besar di Venesia. Wanita paruh baya itu mengaku, banjir bukanlah hal baru bagi mereka.
Lokasi Wisata
Gelombang pasang sudah beberapa kali merendam kota dan melumpuhkan perekonomian di sana. Meski demikian, warga tetap bertahan. Kepindahan warga justru lebih disebabkan godaan para pemilik modal yang rela membeli propertinya dengan harga selangit.
Venesia sendiri terdiri dari 118 pulau yang terhubung oleh kanal-kanal dan sekitar 400 jembatan. Kota 'terapung' yang berada di Timur Laut Italia ini merupakan salah satu lokasi wisata andalan di mana sekitar 30 juta wisatawan datang berkunjung setiap tahunnya. Angka ini sangat jauh di atas jumlah penduduk Venesia yang hanya mencapai 52 ribu jiwa.
Lokasi wisata Venesia bisa diakses melalui pelabuhan The Port of Venice. Perjalanan menggunakan kapal laut dapat ditempuh hanya dalam waktu kurang dari 30 menit. Sebelum bersandar ke demaga Venesia, pengunjung sudah dimanjakan pemandangan berbagai bangunan tua yang ada di pinggir pantai.
Kapal bersandar di dermaga yang ramai. Puluhan pedagang menggelar lapak di jalanan. Berbagai jenis bar dan kafe berjejer di sepanjang bangungan di sana dan perahu-perahu gondola tertambat di dermaga-dermaga kecil yang tersebar di sepanjang pantai.
Venesia belakangan ini memiliki banyak nama. Sebagian menyebutnya sebagai Queen of Adriatic atau Ratu Adriatic dan yang lain menyebutnya sebagai Kota Air, Kota Topeng, hingga Kota Kanal.
St Mark Square merupakan salah satu objek wisata terkenal di Venesia. Di lokasi ini terdapat bangunan berusia ratusan tahun, yakni gereja Saint Mark's Bassilica. Katedral bergaya Italo-Byzantine dan gothic ini telah berdiri sejak 1092 dan digunakan sebagai gereja bagi umat Katolik Roma sejak 1807.
Selain gereja tua St Mark's Basilica, di kawasan yang juga dikenal dengan sebutan Piazza San Marco ini, terdapat berbagai bangunan tua lainnya, seperti Doge's Palace, tempat tinggal Doge of Venice yang memerintah Venesia saat masih menjadi negara sendiri pada tahun 726 hingga 1797 yang lalu.
Selain istana, Doge's Palace juga berfungsi sebagai penjara di mana bandit flamboyan asal Venesia, Giacomo Casanova pernah ditahan. Casanova sang penakluk wanita dipenjara di salah satu sel khusus yang disebut Leads pada 25 Juli 1755.
Oleh pemerintah Venesia kala itu, Casanova dianggap sebagai kaum liberal dan penipu yang sangat berbahaya bagi stabilitas keamanan. Casanova seharusnya dipenjara lima tahun, tapi dia segera menemukan cara untuk kabur dengan membuat lubang di langit-langit selnya.
Casanova berhasil kabur di malam perayaan para Santo bersama seorang pastor, Marino Balbi.
Advertisement
Cerita Jembatan di Venesia
Jembatan-jembatan di Venesia juga punya cerita sendiri. Salah satunya Bridge of Sighs yang dibangun pada tahun 1600 dan masih berdiri hingga saat ini.
Nama Bridge of Sighs berasal dari bahasa Italia Ponte dei sospiri yang diberikan Lord Byron pada abad ke-19. Diambil dari kebiasaan tahanan yang menghela nafas panjang (sighs) saat terakhir kali melihat keindahan Venesia, sebelum dimasukkan ke sel bawah tanah.
Jembatan lain yang tak kalah populer adalah Rialto Bridge yang dibangun pada tahun 1200. Jembatan menghubungkan dua distrik besar di Venesia, yakni San Marco dan San Polo. Dari atas jembatan ini, pengunjung bisa melihat hiruk-pikuk warga Venesia.
Kanal besar yang berada di bawahnya selalu sibuk oleh lalu-lalang berbagai jenis perahu. Mulai dari gondola, bus air (traghetti), hingga yacth mewah. Dari atas jembatan ini para pengunjung juga bisa terhubung dengan pasar tradisional di Venesia.
Menyusuri Venesia berarti keluar-masuk lorong. Tidak ada kendaraan bermotor sama sekali. Perjalanan menelusuri kota ini hanya bisa ditempuh lewat perahu ataupun berjalan kaki.
Tidak hanya bangunan-bangunan megah bersejarah saja, menelusuri setiap lorong yang ada di Venesia juga memberi sensasi tersendiri bagi para pengunjung. Rumah-rumah bergaya Renaissance dan gothic mampu memberi warna yang berbeda bagi setiap sudut kota.
Banjir sebenarnya bencana tahunan yang melanda Venesia sejak beradab-abad lalu. Bahkan tidak sedikit yang memprediksi Venesia suatu saat bakal tenggelam oleh limpahan air laut.
Hanya saja, setiap tahun juga Venesia bangkit. Dan setelah banjir surut, keindahan Ratu Laut Adriatic bakal kembali terhampar dan memanjakan siapa saja yang berkunjung ke sana.