Terbanyak dari China, Impor Pacul Capai Rp 1,48 Miliar

BPS bahkan mencatat sepanjang 2015-2018 impor pacul seluruhnya berasal dari China.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Nov 2019, 12:58 WIB
Ratusan pengrajin kepala cangkul di sentra pembuatan cangkul di Kabupaten Grobogan mengkhawatirkan kebijakan impor kepala cangkul. (Liputan6.com/Felek Wahyu)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mengeluhkan kebiasaan Indonesia yang hobi melakukan impor pacul. Padahal pacul merupakan barang yang dapat diproduksi dalam negeri.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ternyata Indonesia memang gemar melakukan impor pacul. Impor cangkul terbanyak dari China.

Sepanjang Januari-Oktober 2019 tercatat nilai impor pacul mencapai USD 106.127 atau Rp 1,48 miliar (kurs 14.000 per dolar AS), dengan volume sebanyak 292.444 kilogram (kg).

Secara rinci, impor pacul tersebut berasal dari China sebanyak 291.437 kg dengan nilai sebesar USD 106.062. Sisanya hanya sebesar 7 kg yang berasal dari Jepang dengan nilai sebesar USD 65.

BPS bahkan mencatat sepanjang 2015-2018 impor cangkul seluruhnya berasal dari China. Pada tahun 2015, nilai impor cangkul USD 6.589 dengan volume sebanyak 14.261 kg.

Kemudian nilainya naik tajam pada tahun 2016 menjadi sebesar USD 187.064 dengan volume sebanyak 142.783 kg. Namun pada tahun 2017, nilai impor pacul mengalami penurunan tajam menjadi USD 794 dengan volume 2.317 kg.

Pada tahun 2018, impor pacul tercatat kembali naik menjadi nilai USD 33.889 dengan volume sebanyak 78.100 kg. Hingga pada akhir Oktober 2019 nilai impor pacul menjadi USD 106.127.

 


Masuk Melalui Medan

Warga Batang, Jawa Tengah membawa cangkul dan caping saat aksi di depan Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (3/6/2015). Massa menuntut Presiden Jokowi menghentikan rencana pembangunan PLTU batubara di Batang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Pemerintah melalui PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) tercatat mengimpor cangkul dari China. Cangkul impor ini masuk melalui Medan pada Agustus lalu.

Sekretaris Perusahaan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), Syailendra mengatakan, pihaknya telah mendapat izin dari Kementerian Perdagangan (Kemendag). kemendag telah memberi penunjukan PT PII sebagai importir cangkul resmi.

"Agustus cangkul dari China sudah masuk, masuknya ke Medan. Kalau tidak salah kita dapat izin impor cangkul sampai Desember, sudah dapat izin kemendag," ucap Syailendra ketika dihubungi merdeka.com di Jakarta.

Saat ini, PT PPI telah mendapat izin impor cangkul dari China dan Vietnam. Namun, perusahaan pelat merah ini baru mendatangkan dari China saja.

"Soal izin dari Vietnam dan china, tapi kita dari Vietnam belum pernah masukin. baru masuk dari China."

Kebijakan pemerintah ini mengundang banyak kecaman. Importasi cangkul dinilai merendahkan martabat bangsa.

 


Tak Tepat

Pekerja mencangkul tanah untuk menyelesaikan pengerjaan proyek revitalisasi Lapangan Banteng di Jakarta Pusat, Rabu (1/11). Pemprov DKI Jakarta melakukan revitalisasi Lapangan Banteng yang dibagi menjadi tiga segmen. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai impor cangkul yang dilakukan pemerintah bukan cara yang tepat untuk menekan peredaran cangkul ilegal. Impor cangkul ini menimbulkan pertanyaan tentang komitmen pemerintah untuk memberdayakan industri kecil menengah (IKM).

Ketua YLKI, Tulus Abadi mengatakan, impor cangkul dari China adalah kebijakan menyedihkan yang perlu dihentikan. Menurutnya, pemerintah tidak menghargai para produsen cangkul dalam negeri.

"(Impor) Itu tragis. Itu harus dihentikan. Kita bisa memproduksi cangkul kok. Itu pelecehan terhadap petani kita dan juga produksi dalam negeri," ujarnya kepada merdeka.com.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya