Berat Badan Dewi Hughes Turun 11 Kg Sebulan, Bolehkah Dietnya Disontek?

Keberhasilan Dewi Hughes menurunkan berat badan sebanyak 11 kg menarik perhatian banyak orang.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Nov 2019, 17:00 WIB
Ternyata momen puasa di bulan Ramadan, bisa disandingkan dengan program diet. Bagaimana caranya? (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Diet yang dilakukan Dewi Hughes menarik perhatian banyak orang. Hughes berhasil menurunkan 11 kilogram (kg) dalam satu bulan.

Hal menarik lainnya, pola diet yang sudah dilakonin mantan presenter Mimpi Kali yee selama 15 bulan tersebut tidak merogok kocek terlalu dalam.

Pada sebagian orang yang sedang berjuang menurunkan berat badan, diet Dewi Hughes ini tentu saja menggiurkan untuk dicoba. Namun, sebelum mencobanya, ada pesan ingin disampaikan seorang ahli gizi, Mochammad Rizal.

"Sebagai ahli gizi, saya tidak menyarankan karena beberapa alasan. Pertama, soal komposisi tubuh dan kesehatannya. Kedua, tentang kebiasaan untuk jangka panjangnya," kata Rizal kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Jumat, 15 November 2019. 

Rizal mengungkapkan, berat badan terdiri dari banyak komponen, seperti otot, air, tulang, organ tubuh, dan lemak. Kebanyakan orang melakukan diet untuk menurunkan berat badan, dengan harapan lemak akan berkurang.

"Tetapi, hal ini tidak bisa terjadi jika dalam jangka waktu yang terlalu cepat. Justru yang banyak hilang bukan lemak, melainkan massa otot dan kadar air, yang bisa berdampak negatif ke tubuh," Rizal menjelaskan.

 


Kebiasaan yang Kurang Tepat

Ilustrasi Foto Diet (iStockphoto)

Tak hanya itu, diet yang terlalu cepat juga bisa memberikan masalah pada kebiasaan jangka panjang. Orang yang melakukan diet cepat dan juga ketat biasanya akan sulit untuk terus melanjutkannya.

"Setelah mendapatkan berat badan yang sesuai dengan tujuannya, pola makan bisa kembali ke semula. Seolah-olah balas dendam, ini justru yang tidak baik dari segi psikologis maupun kesehatan," kata Rizal.

Dari segi psikologis dapat berisiko menimbulan eating disorder atau gangguan psikiatrik yang berhubungan dengan pola makan. Sedangkan dari segi kesehatan bisa mengganggu metabolisme tubuh.

 


Kurangi Mental Instan

langsing tanpa diet (iStockPhoto)

"Masyarakat kita masih ada yang suka proses instan. Jadi seringkali tertarik dengan hasil tanpa mau melewati prosesnya. Bukan hanya dari pola diet, tapi hampir adri segala aspek. Apa-apa maunya cepat. Jadi, mentalnya masih yang instan," ujar Rizal.

Setiap individu memiliki keunikan masing-masing dan diet tentunya harus disesuaikan dengan kondisi tiap individu. Artinya, belum tentu diet yang dianjurkan bisa berkerja dengan baik pada tubuh orang lain.

"Misalkan, disesuaikan dengan kondisi penyakit, alergi, bahkan sampai segi ekonomi, preferensi, atau kesukaan. Jadi, semuanya perlu disesuaikan," kata Rizal.

Penulis: Diviya Agatha

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya