Belajar Jadi Petani Modern di The Learning Farm

Di The Learning Farm ada budidaya tanaman hidroponik dan proses pembibitan yang dilakukan di rumah kaca.

oleh Henry Hens diperbarui 16 Nov 2019, 19:02 WIB
Program Petani Muda Bango di The Learning Farm. (Liputan6.com/Henry)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga pendidikan The Learning Farm (TLF) Cianjur menggandeng Bango-PT Unilever Indonesia membuat Program Petani Muda (PPM) 2019.

Sejak Oktober 2019 sampai 100 hari ke depan, 40 anak muda berusia 20-45 tahun dari berbagai wilayah di Indonesia akan dididik di pusat pelatihan Rumah TLF di Kampung Rawa Benceuh, Desa Kawung Luwuk, Kecamatan Sukaresmi, Cianjur, Jawa Barat.

Program ini bertujuan memberdayakan generasi muda untuk menjadi anggota masyarakat yang independen, berkontribusi. dan bertanggung jawab melalui program residensi pertanian.

Selain itu juga untuk melakukan regenerasi, karena sebagian besar petani Indonesia sudah berusia diatas 50 tahun. Lalu, seperti apa situasi di TLF dan apa saja sarana yang tersedia disana?

Pada 14 November 2019, rombongan media termasuk Liputan6.com, berkesempatan menyambangi langsung lahan pertanian yang menjadi rumah kedua bagi para peserta selama mengikuti program.

Kedatangan kami disambut baik oleh peserta dan para staf TLF.  Mereka menunjukkan berbagai lokasi budidaya sekitar 30 tanaman sampai ternak lele sembari mendengarkan beragam informasi menarik.

Sang pemandu menjelaskan bahwa lele merupakan salah satu komiditi ternak yang menjanjikan karena masa panennya cukup singkat yaitu tiga bulan saja. Selain itu, tentunya karena ikan lele termasuk makanan yang banyak disukai masyarakat Indonesia.

Di TLF juga ada budidaya tanaman hidroponik dan proses pembibitan yang dilakukan di rumah kaca. Pada proses ini, setiap petani harus memilah-milah bibit secara teliti demi mendapatkan hasil yang maksimal. Bibit-bibit tanaman itu juga harus diletakkan di dalam rumah kaca untuk menghindari paparan sinar matahari maupun hujan deras yang bisa merusak kualitasnya.

Beberapa tanaman seperti cabai, harus dibiarkan tumbuh selama beberapa bulan di dalam rumah kaca, sebelum tumbuh cukup besar dan tahan menghadapi hujan deras. Menariknya, semua proses budidaya dan cocok tanam di tempat ini dilakukan secara organik tanpa menggunakan sedikit pun bahan kimia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Bahan Organik

Program Petani Muda Bango di The Learning Farm. (Liputan6.com/Henry)

"Kita sama sekali tidak memakai bahan kimia, semuanya organik. Pupuknya kita bikin sendiri dan sebagian besar bahannya dari sini," terang Nona Pooroe Utomo, selaku Executive Director The Learning Farm.

Setelah puas melihat proses pembibitan, rombongan diajak menanam bibit kedelai malika yang dimasukkan dalam wadah plastik. Saat bibit ditanam, plastik pembungkus tidak dibuang karena akan dipakai lagi untuk tempat bibit selanjutnya.

Plastik tersebut akan terus dipakai sampai tidak bisa dipergunakan lagi sehingga bisa mengurangi sampah plastik. Kegiatan selanjutnya adalah memanen aneka sayuran segar, seperti sawi, tomat, wortel, bayam Jepang dan brokoli.

Usai memanen, kegiatan dilanjutkan lomba membuat sambal yang dinilai oleh Chef Ragil. Selain menjadi juri, chef yang kerap tampil di televisi ini bersama timnya menyajikan beragam hidangan untuk makan siang, seperti kambing guling, ikan mujair bakar dan lele kuah kari.

Sebelum makan siang, media juga berkesempatan melihat suasana kelas Petani Muda. Saat itu mereka sedang belajar bahasa Inggris dan diharuskan memperkenalkan diri satu persatu di depan kelas. Sebagai petani modern tentunya harus bisa menguasai bahasa asing terutama bahasa Inggris.

Kegiatan di hari itu ditutup dengan workshop membuat desain apron bersama desainer ternama Indonesia, Didiet Maulana. Didiet adalah perancang kemasan baru Bango yang diberi nama Cita Malika.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya