BNPT Sebut Pembatasan Situs Konten Negatif Bukan Solusi Berantas Lone Wolf

Lone wolf atau teroris yang melakukan teror sendirian, biasa belajar otodidak dari berselancar di internet.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 16 Nov 2019, 16:25 WIB
Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris (kedua dari kanan). (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Irfan Idris mengatakan, BNPTsudah menyisir laman yang membuat dan menyebarkan konten negatif yang disinyalir dapat mendorong seseorang melakukan teror secara sendiri atau lone wolf. Penyisiran sudah dilakukan sejak 2014.

"Kita sisir tiap hari, gambar-gambar yang ada darah, bunuh diri, bagaimana ke Suriah. Itu lah yang kita laporkan ke Kominfo pada 2014," kata Irfan di Jakarta, Sabtu (16/11/2019).

Namun, tahapan pemblokiran ini tidak lah sederhana. Kominfo tidak dapat langsung memblokir laman-laman yang dilaporkan BNPT tersebut. "Diberitahukan dulu adminnya, kalau tak ada perubahan baru ada teguran. Teguran ke sekian baru diblokir, tapi tak ditutup," tutur Irfan.

Menurut dia, penutupan situs berkonten terorisme ini bukan solusi memberantas lone wolf. Sebab, pasti akan ada yang membuat konten-konten negatif lainnya ketika sebuah laman ditutup.

"Pornografi saja ditutup satu tumbuh seribu. Solusinya bukan pada membatasi, tapi pada bagaimana melakukan edukasi kepada teman-teman penggiat dunia maya agar ikut menyuarakan bagaimana kearfian lokal yang kita miliki, bagaimana kita saling menghargai," ungkap Irfan.

Apalagi, lanjut dia, sekarang era keterbukaan. "Bisa melanggar undang-undang. Ada tahapan," pungkas Irfan mewakili BNPT.


Lone Wolf dan Internet

Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Lone wolf atau teroris yang melakukan teror sendirian, biasa belajar otodidak dari berselancar di internet. Seperti RA, pelaku bom Kartasura, Jawa Tengah.

Dia mengaku belajar cara merakit bom dari internet. Hal ini diungkap oleh Tito Karnavian yang saat itu menjabat sebagai Kapolri di Mabes Polri, Jakarta, Rabu 5 Juni 2019. 

"Itu dia belajar dari internet melalui 'handphone', kemudian dia membeli juga (bahan-bahannya). Semua dia beli sendiri," ujar mantan Kapolda Metro Jaya itu. 

"Informasi itu didapat setelah polisi melakukan wawancara langsung dengan pelaku," kata Tito.

Fakta tersebut juga diperkuat dengan ditemukannya bahan-bahan serta alat pembuat bom di rumah RA yang terletak di Kranggan Kulon, Wirogunan, Kabupaten Sukoharjo.

Mantan Kapolda Papua tersebut menambahkan, setelah merakit bom, pelaku kemudian menyurvei sendiri target operasinya. RA juga meledakkan sendiri bom buatannya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya