Kendalikan Penyakit, PBB Pakai Radiasi Nuklir untuk Sterilisasi Nyamuk Jantan

Dalam upaya melakukan sterilisasi terhadap nyamuk, PBB memanfaatkan radiasi nuklir di beberapa negara.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Nov 2019, 10:00 WIB
Petugas melakukan pengasapan atau fogging untuk membasmi nyamuk demam berdarah dengue (DBD) di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (14/11/2019). Fogging dilakukan untuk mengantisipasi perkembangbiakan nyamuk DBD. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jenewa - Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyatakan sejumlah negara awal tahun depan akan mulai mencoba teknik nuklir dalam proses sterilisasi nyamuk jantan, untuk menghentikan penyebaran demam berdarah dengue, Zika, dan Chikungunya pada manusia.

Petunjuk untuk percobaan tersebut telah dikembangkan oleh lembaga riset khusus dan pelatihan penyakit tropis, Badan Tenaga Atom Internasional, FAO dan WHO. Demikian dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (16/11/2019).

WHO atau World Health Organization menyebut 17 persen penyakit menular yang ada di seluruh dunia merupakan penyakit yang disebarkan oleh nyamuk. Setiap tahunnya, 700.000 orang meninggal akibat penyakit seperti malaria, DBD, Zika, Chikungunya dan penyakit kuning.

WHO juga mengatakan DBD telah meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir akibat sejumlah faktor, seperti perubahan kondisi lingkungan, urbanisasi, transportasi dan travel, sehingga setengah penduduk dunia riskan terkena penyakit tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Teknik Baru untuk Mengendalikan Penyakit

Ilustrasi Foto Nyamuk (iStockphoto)

Jeremy Bouver, seorang entomolog medis pada lembaga gabungan FAO dan Badan Tenaga Atom Internasional mengatakan, teknik baru menggunakan radiasi nuklir untuk mensterilkan nyamuk jantan telah memberi kesempatan baru untuk mengendalikan penyakit. Dia menyebut hal ini sama seperti alat kontrasepsi untuk nyamuk.

Teknik ini dilakukan dengan cara melepaskan nyamuk jantan yang telah disterilkan, sehingga telur nyamuk betina yang dibuahi oleh nyamuk jantan tersebut, tidak bisa menetas.

Teknik ini telah dikembangkan sejak akhir tahun 1950 oleh departemen pertanian Amerika Serikat dan berhasil mengendalikan hama serangga dari tanaman dan ternak, seperti lalat buah mediterrania. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya