Cerita Akhir Pekan: Kenyamanan dan Kelezatan Ala Warteg Kekinian

Wahteg punya fasilitas modern seperti wifi, CCTV, serta saklar listrik. Lalu bagaimana dengan makanan dan harganya?

oleh Henry Hens diperbarui 17 Nov 2019, 08:31 WIB
Wahteg di Tanjung Duren, Jakarta Barat. (Liputan6.com/Henry)

Liputan6.com, Jakarta - Warung Tegal atau warteg hampir serupa dengan rumah makan Padang, bisa dijumpai dimana saja. Secara sederhana, warteg bisa didefinisikan sebagai warung nasi yang disajikan bersama ragam lauk.

Belakangan ini makin pesat usaha tempat makanan maupun minuman kekinian dengan berbagai kreasi menu. Namun tak hanya makanan dan minuman, tempat makan seperti warteg bisa dikreasi menjadi warteg kekinian.

Selama ini, warteg identik dengan makanan rumahan dengan harga murah. Tempatnya pun seadanya dan bahkan terkesan kurang bersih dan kurang nyaman. Sekarang ini, sudah banyak tempat makan yang mengambil konsep warteg tapi dikemas dengan lebih kekinian.

Tampilan interiornya dibuat super nyaman, dilengkapi AC, bahkan desainnya sangat Instagramable. Bagi para penyuka menu makanan di warteg, pasti ingin tahu apa saja menu makanan dan suasana warteg kekinian atau disebut juga warteg kelas atas ini?

Salah satu yang cukup hits adalah Wahteg yang berlokasi di Jalan Tanjung Duren Raya, Jakarta Barat. Kalau dilihat dari luar, warteg ini terlihat berbeda. Terkesan seperti kafe atau restoran. Di bagian depan, dipajang sebuah sepeda motor bebek jadul yang cukup menarik untuk spot foto.

Saat masuk ke dalam, kita bisa merasakan hawa dingin yang sejuk karena tempat ini dilengkapi AC dan dengan lampu penerangan yang memadai. Bangku-bangku dengan meja kecil, etalase kaca berisi makanan matang menggugah selera. Nama Wahteg pun ditampilkan melalui lampu menyala.

Wahteg juga mengunggulkan fasilitas modern layaknya di kafe seperti wifi, CCTV, serta saklar listrik di setiap mejanya. Karena fasilitas yang modern inilah, banyak juga anak muda yang datang ke tempat ini.

"Kalau hari biasa, banyak anak kuliahan suka makan dan nongkrong disini, orang kantoran dan penduduk sekitar sini juga banyak yang datang," ujar salah seorang karyawan Wahteg pada Liputan6.com, Sabtu, 16 November 2019.

Tempatnya yang nyaman dan bersih dijamin bikin kita betah berlama-lama.Untuk makanan, warteg kekinian ini menjual beragam makanan seperti warteg pada umumnya. Adahampir 40 jenis tersedia, seperti telur dadar, telur balado, orek tempe, orek kentang, sayur sop, sayur asem, bakwan goreng, peyek udang, terong balado, ayam goreng, ikan kembung, mi goreng dan masih banyak lagi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Pesan Langsung Bayar

Wahteg di Tanjung Duren, Jakarta Barat. (Liputan6.com/Henry)

Cara memesan makanan pun, sama seperti di warteg pada umumnya, karyawan mereka menyiapkan nasi dan akan menanyakan apa kita mau makan satu atau setengah porsi nasi. Lalu kita tinggal tunjuk menu apa saja yang mau disantap.

Lalu mereka menanyakan minuman apa yang mau kita pesan. Setelah itu, prosesnya beda dengan warteg. Di Wahteg, makanan dan minuman yang sudah siap disantap, akan dihitung lebih dulu oleh kasir dan kita harus membayar lebih dulu.

Setelah membayar dengan tunai atau bisa saja memakai kertu debit (tanpa transaksi minimal) dan pembayaran digital, barulah kita bisa menyantap makanan. Harganya ternyata sedikit lebih mahal dibandingkan warteg biasa. Untuk satu porsi nasi putih, orek kentang, telur dadar, mi goreng dan peyek udang serta segelas es teh tawar, kita harus menbayar Rp34 ribu, hampir dua kali lipat dari warteg biasa.

Tentu bedanya, kita bisa menikmati makanan di meja dengan nyaman. Rasanya pun sesuai dengan harganya. Hanya saja mi gorengnya terasa agak beda. Yang jelas, rasa makanannya enak dan mengenyangkan.

Kalau ingin tambah nasi atau lauk lainnya seperti kerupuk, Anda bisa meminta pada karyawan Warteg. Ini juga yang membedakan dengan warteg biasa. Pengunjung tak bisa mengambil sendiri lauk gorengan seperti tempe goreng, tahu goreng maupun bakwan goreng yang biasanya dipajang di luar etalasae lauk.

Di Wahteg, semua lauk terpajang di dalam etalasae dan hanya karyawan mereka yang bisa mengambilnya. Hal ini setidaknya bisa menghilangkan kebiasaan buruk sejumlah orang di warteg, yaitu makan tiga atau empat gorengan misalnya, tapi saat membayar mengaku hanya makan satu atau dua saja.

Sayangnya, di tempat ini tak tersedia buah-buahan. Hanya ada sesisir pisang yang ternyata hanya pajangan alias pisang plastik. "Kalau buah memang belum ada, tapi rencananya nanti bakalan ada buah," ucap seorang karyawan.

Wahteg ternyata sudah sekitar satu tahun berdiri dan akan segera membuka cabang pertana mereka di kawasan Bekasi. Kalau tak sempat ke warteg yang buka setiap hari dari pukul 11 siang sampai pukul 10 malam ini, Anda bisa pesan lewat ojek online.


Desain Khas Kafe

Warung Pedes di Kemang, Jakarta Selatan. (Liputan6.com/Henry)

Lalu bagaimana di warteg kekinian lainnya? Apakah sama seperti Wahteg? Tempat lain yang disambangi Liputan6.com adalah Warung Pedes di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, tepatnya di Jalan Kemang Raya No. 130 E. 

Berbeda dengan Wahteg, Warung Pedes didesain seperti kafe atau restoran. Dari depan, desain warung makan ini seperti senada dengan kafe maupun restoran lainnya di daerah Kemang. 

Saat masuk ke bagian dalam warung pedes, kita bisa melihat berbagai lukisan mural underground yang dilukis di dinding berkonsep unfinish wall.  Meja-meja kayu berpadu rapi dengan kursi berbahan senada dengan aksen pinggiran putih bersih.

Sebuah etalase makanan terpampang panjang di salah satu sisi agar memudahkan pengunjung untuk melihat langsung menu makanan yang ada. Meski ruangan restoran tak terlalu besar, namun semuanya tertata rapi dan menggunakan pendingin ruangan.

Warung Pedes menyediakan aneka lauk khas warteg seperti cumi balado, ayam suwir, ayam bumbu kecap, kulit ayam goreng, terong balado, telur ceplok balado, teri kacang, sayur asem, tumis kangkung, bakwan jagung dan masih banyak lagi. Ada sekitar25 lauk yang tersedia. Beda dengan warteg pada umumnya,

Anda bisa mengambil sendiri nasi di rice cooker sepuasnya. Ada nasi putih, nasi merah dan nasi uduk atau nasi kuning.  "Nasi uduk dan nasi kuning kita sajikan bergantian. Misalnya minggu ini nasi kuning, minggu depan kita sajikan nasi uduk dan begitu seterusnya," terang salah seorang karyawan.


Sambalnya 'Nendang'

Warung Pedes di Kemang, Jakarta Selatan. (Liputan6.com/Henry)

Setelah itu, makanan dan minuman yang sudah dipesan akan dihitung oleh kasir dan langsung kita bayar. Bisa bayar cash, memakai kartu debit dan pembayaran digital.

Untuk satu porsi nasi putih dengan lauk cumi balado, ikan teri kacang, sayur toge dan bakwan goreng dengan tambahan sambal matah serta segelas es teh tawar, kita harus membayar Rp58 ribu. Harga ini bisa dibilang dua kali lipat dari warteg biasa.

Meski begitu harganya cukup sebanding dengan rasanya yang ‘nendang’ terutama sambal matahnya. Mungkin terjawab kenapa warteg zaman now ini diberi nama Warung Pedes, karena sambalnya memang sangat pedas.

Mereka juga menyediakan beberapa jenis sambal sebagai menu tambahan. Buat yang kurang suka pedas, disarankan mengambil sambal sedikit saja.

Untuk tempat makan, Anda bisa memilih di atas atau di bawah. Bisa di bagian depan yang terbuka sehingga bisa untuk sambil merokok, atau di bagian dalam yang merupakan non-smoking room karena memakai AC.  Tempat ini buka 24 jam setiap hari sehingga Anda bisa berkunjung kapan saja. Anda juga bisa memesan melalui ojek online.

Setelah bersantap di dua warteg kekinian, kalau ada yang bilang warteg sudah naik kelas mungkin ada benarnya. Makan di warteg sudah seperti makan di kafe atau restoran tapi tetap dengan menu khas Indonesia yang menggugah selera.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya