Demo Perayaan 1 Tahun Gerakan Rompi Kuning Prancis, 147 Orang Ditangkap

Polisi di Paris menangkap 147 orang yang berpartisipasi dalam demonstrasi berujung anarki, yang menandai ulang tahun pertama gerakan rompi kuning anti-pemerintah.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 17 Nov 2019, 11:00 WIB
Demonstran mengibarkan bendera Prancis saat kerusuhan menentang kenaikan harga bahan bakar di Paris, Prancis, Sabtu (24/11). Demonstrasi terjadi oleh dorongan gerakan "rompi kuning". (AP Photo/Michel Euler)

Liputan6.com, Paris - Polisi di Paris menangkap 147 orang yang berpartisipasi dalam demonstrasi berujung kekerasan, yang menandai ulang tahun pertama gerakan rompi kuning anti-pemerintah Prancis.

Demonstrasi rompi kuning (gilets jaunes) --merujuk pada rompi visibilitas tinggi yang dikenakan-- berlangsung secara nasional di sejumlah kota di Prancis pada Sabtu 16 November 2019, setahun setelah mereka pertama kali meletus, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (17/11/2019).

Gas air mata dan meriam air digunakan oleh polisi di Paris, tempat ribuan pemrotes memadati jalan.

Para perusuh melakukan beberapa kekerasan terburuk yang pernah dialami 'Kota Mode' dalam beberapa bulan.

Dengan banyak orang berpakaian hitam dan memakai topeng untuk menyembunyikan wajah mereka, para perusuh di beberapa bagian kota membakar barikade, merusak bank-bank, membakar tempat sampah dan melemparkan batu-batu besar ke arah polisi.

Pada Sabtu malam, polisi Paris mengatakan 147 orang telah ditangkap di seluruh ibukota.

Di tempat lain di kota itu, para demonstran dan polisi bentrok di dekat Porte de Champerret, dekat dengan Arc de Triomphe.

Ada juga bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di kota-kota Prancis lain, termasuk Bordeaux, Nantes dan Lyon.

Simak video pilihan berikut:


Sekilas Gerakan Rompi Kuning

Demonstran rompi kuning berujuk rasa di malam tahun baru 2019 di Paris, Prancis (AFP PHOTO)

Protes nasional dimaksudkan untuk mengirim pesan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang pemerintahnya dituduh mengabaikan kebutuhan warga negara biasa.

Protes pertama kali meletus pada November 2018 karena kenaikan harga bahan bakar, tetapi telah bermanifestasi menjadi kritik meluas terhadap pemerintah, termasuk upah yang stagnan, biaya hidup dan ketidaksetaraan ekonomi.

Presiden Macron berusaha untuk memadamkan protes dengan janji pemotongan pajak, pensiun yang lebih tinggi dan reformasi, tetapi banyak yang masih merasa dia belum melakukan tindakan yang cukup.

Ia telah bersumpah untuk menghadapi para pengunjuk rasa dan memenuhi janji reformasi ekonomi yang telah lama tertunda.

Namun, ia justru melakukan tindakan yang paling tidak populer di awal masa kepresidenannya dengan menghapus pajak kekayaan khusus.

Para pemrotes rompi kuning menuduh Macron melindungi elite Paris, terutama yang kaya, sambil mengabaikan kesulitan warga di provinsi-provinsi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya