Demi Lindungi Bumi, Berhenti Lakukan 5 Kegiatan Ini

5 kegiatan yang dianggap buruk bagi kelangsungan hidup Bumi.

oleh Afra Augesti diperbarui 17 Nov 2019, 19:40 WIB
Ilustrasi Bumi (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Diperkirakan sebanyak 1,3 miliar ton makanan terbuang sia-sia setiap tahun dan lebih dari 100 juta hewan mati karena tak sengaja memakan plastik (yang mereka kira mangsa).

PBB bahkan mendesak seluruh negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca demi Bumi. Kita harus bertindak sedini mungkin, meski tidak bisa instan.

Kita tidak dapat mengubah semua kebiasaan yang merusak Bumi, masalah sepele, dengan segera. Akan tetapi, kita diharapkan dapat memulai dari hal-hal kecil dan bekerja sama untuk menyelamatkan planet ini.

Berikut adalah 5 kegiatan yang patut dijauhi atau tak lagi dilakukan agar Bumi bisa kembali 'bernapas', mengutip Bright Side, Minggu (17/11/2019).


1. Memproduksi Makanan yang Tidak atau Jarang Sekali Dikonsumsi

ilustrasi sayuran/Photo by Nadine Primeau on Unsplash

Menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), sepertiga dari makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia sehari-hari --sekitar 1,3 miliar ton-- terbuang setiap tahun.

Ingatlah bahwa untuk menghasilkan makanan dalam jumlah besar, jutaan tanaman dicabut dan pohon-pohon ditebang di seluruh dunia. Sesuai data yang ditemukan, buah-buahan dan sayuran adalah produk yang paling terbuang, diikuti oleh makanan laut.


2. Liburan Menggunakan Kapal Pesiar

Ilustrasi Kapal Pesiar (iStockphoto)

Kapal pesiar dianggap sebagai salah satu pencemar utama laut. Data yang dihimpun oleh sebuah lembaga pengawas di Jerman menunjukkan, kualitas udara di dek kapal mirip dengan yang ada di kota-kota tercemar di dunia.

Diperkirakan lebih dari 50.000 orang Eropa mati prematur setiap tahun akibat polusi berbasis kapal.

Selain itu, ditemukan pula kadar karbon yang meningkat sebanyak tiga kali lipat pada tubuh seseorang saat ia berada di kapal pesiar --dibandingkan dengan kehidupan sehari-harinya.

Badan pengawas Jerman tersebut mensurvei 77 kapal pesiar dan menemukan bahwa 76 di antaranya menggunakan minyak bahan bakar berat beracun, yang disebutnya bahan bakar paling kotor.

Kapal-kapal pesiar ini pun sempat ketahuan membuang sampah, bahan bakar, dan air limbah langsung ke laut.


3. Membeli Banyak Baju

ilustrasi warna baju (sumber: pixabay)

Industri mode adalah salah satu pencemar utama di dunia dan pencemar air terbesar kedua. Industri ini juga bertanggung jawab atas penipisan permukaan air.

Kapas, yang merupakan serat paling populer yang digunakan dalam pakaian, juga menjadi tanaman yang sangat berbahaya. Jumlah kapas yang dibutuhkan untuk membuat satu baju membutuhkan sekitar 2.700 liter air. Angka ini setara dengan air yang diminum seseorang dalam 2 setengah tahun.

Sementara itu, serat sintetis seperti poliester memiliki dampak yang lebih rendah pada air ketimbang kapas, tetapi melepaskan lebih banyak gas rumah kaca per kilogram.

Pabrik-pabrik penghasil poliester melepaskan sekitar 1,5 triliun pon gas rumah kaca pada 2015, setara dengan yang dihasilkan oleh 185 pembangkit listrik menggunakan batubara setiap tahunnya.

Jadi, ketika Anda berpikir untuk membeli pakaian baru, ingatlah bahwa satu dari 9 orang di seluruh dunia tidak memiliki akses ke air bersih dan sekitar 4,6 juta orang meninggal setiap tahun karena polusi udara.


4. Menggunakan Sumpit Sekali Pakai

Wanita Korea Selatan makan menggunakan sumpit metal (Pixabay)

Apabila Anda pergi ke restoran yang menyajikan masakan Asia, Anda biasanya akan diberi sumpit kayu atau sumpit sekali pakai. Tahukah Anda bahwa sumpit ini memiliki dampak negatif terhadap lingkungan?

Di China saja, sekitar 80 miliar pasang sumpit kayu sekali pakai diproduksi setiap tahun. Untuk memenuhi permintaan kolosal ini, sekitar 4 juta pohon ditebang setiap tahun.

Penggundulan hutan skala besar tersebut punya banyak konsekuensi yang menghancurkan Bumi. Kegiatan ini pun mengarah ke tanah longsor dan banjir. Kemudian ada risiko pemanasan global.


5. Memakai Tisu Basah

Salah satu barang yang wajib ada di tas perlengkapan bayi adalah tisu basah (Ilustrasi/iStockphoto)

Pada 2015, The Guardian menyebut tisu basah sebagai "penjahat terbesar" lingkungan.

Sebagian besar tisu basah terbuat dari plastik, yang kemudian masuk ke laut, dikonsumsi oleh makhluk laut yang mengira benda ini sebagai ubur-ubur.

Akibatnya, rusak sudah biota laut. Sebuah penelitian menunjukkan, sebanyak 93 persen bahan tisu basah menjadi penyebab utama penyumbatan selokan dan toilet.

Selain itu, tisu basah pun mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat menyebabkan ruam saat digunakan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya