Liputan6.com, Ankara - Para penyelidik Turki mengatakan sejauh ini mereka tidak menemukan bukti mencurigakan perihal kematian mantan perwira militer Inggris James Le Mesurier (48), yang membantu mendirikan kelompok kemanusiaan Syria Civil Defence/White Helmets Suriah.
Polisi telah meninjau rekaman kamera dan menggeledah apartemen di dekat tempat Le Mesurier ditemukan mengalami patah tulang kaki dan cedera kepala di Istanbul, pada Senin pagi 11 November 2019. Para penyelidik forensik segera melakukan otopsi pada hari Selasa dan jenazahnya dibawa ke bandara Istanbul untuk dikirim ke London pada Rabu kemarin, lapor media pemerintah Turki Anadolu Ajansi.
Kematian Le Mesurier mengundang spekulasi, termasuk dari tabloid harian Inggris seperti The Sun dan Daily Mail.
Kedua surat kabar itu mengindikasikan campur tangan Rusia dalam kematian sang mantan kapten tentara Inggris. Mereka membingkai cerita dengan menghubungkan bahwa Le Mesurier dan White Helmets yang didirikannya kerap menjadi target disinformasi Kremlin yang mendukung pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Baca Juga
Advertisement
Disinformasi tersebut dipicu oleh serangkaian aktivitas White Helmets pada beberapa tahun terakhir dalam melakukan aksi penyelamatan korban sipil serangan senjata kimia di sejumlah kota oposisi Suriah yang dilanda perang saudara.
Kelompok kemanusiaan itu --yang dikenal dengan helm keselamatan berwarna putih ikonik yang mereka gunakan-- mengindikasikan bahwa al-Assad merupakan dalang serangan.
Baik Damaskus dan Moskow telah membantah memberikan otorisasi serangan senjata kimia di wilayah oposisi Suriah --meski negara Barat menuduh hal sebaliknya.
Seorang pejabat polisi Turki mengatakan kepada the Guardian bahwa mereka belum menemukan bukti 'kematian mencurigakan' dan mengatakan akan mengusut insiden tewasnya Le Mesurier sebagai kasus bunuh diri.
"Sejak hari pertama, kami memperlakukanya sebagai kasus bunuh diri dan sampai saat ini, tidak ada bukti forensik yang mengubah pandangan itu," kata seorang pejabat polisi Turki itu pada Rabu 13 November, dikutip dari the Guardian, Senin (18/11/2019).
Laporan-laporan media Turki juga mengklaim bahwa otopsi awal tidak menemukan bukti adanya perlawanan atau penggunaan senjata. Laporan akhir dari kematian pendiri White Helmets itu diharapkan akan dirilis awal pekan ini.
Karen Pierce, perwakilan Inggris untuk PBB, mengatakan sebelumnya bahwa pemerintah Inggris akan "sangat dekat" memantau penyelidikan atas kematian Le Mesurier.
"Saya berharap pihak berwenang Turki akan dapat menyelidiki secara menyeluruh, dan saya yakin kami akan ingin memberi mereka bantuan apa pun yang mungkin mereka butuhkan," katanya.
Simak video pillihan berikut:
Mengalami Tekanan Mental?
Teman-teman Le Mesurier mengklaim bahwa James Le Mesurier "tengah berada di bawah tekanan sebagai hasil dari serangan terkoordinasi pada karakternya dan tekanan menjalankan LSM berprofil tinggi (White Helmets)," the Guardian melaporkan.
White Helmets beroperasi di daerah-daerah yang dikuasai oposisi untuk membebaskan warga sipil yang terjebak setelah pemboman. Mereka juga telah mendokumentasikan beberapa dugaan kejahatan perang, termasuk penggunaan senjata kimia.
Pekerjaan mereka telah memberi mereka nominasi Nobel Perdamaian dan sebuah film dokumenter yang memenangkan Oscar 2017.
Tetapi mereka juga telah menjadi target disinformasi oleh pemerintah Suriah dan sekutu Rusia-nya, yang menyebut kelompok itu sebuah organisasi teroris serta menuding Le Mesurier sebagai agen dinas intelijen Inggris.
Namun, tidak ada bukti dari tuduhan tersebut.
Karen Pierce, perwakilan Inggris untuk PBB, mengatakan bahwa klaim yang menyebut Le Mesurier bekerja untuk dinas rahasia Inggris "secara kategoris tidak benar", katanya.
Menyusul meningkatnya disinformasi dari Suriah dan Rusia, sejumlah besar anggota White Helmets yang beranggotakan 3.000 orang telah mencari suaka di negara-negara lain dengan alasan khawatir akan keselamatan diri mereka.
Tetapi ratusan lain tetap bertahan di Idlib, provinsi yang dikuasai pemberontak terakhir di Suriah, melakukan kerja-kerja penyelamatan terhadap warga sipil yang terjebak perang saudara.
Advertisement