Status Gunung Merapi Masih Waspada

Letusan kali disebabkan masih adanya suplai magma yang ditandai terjadinya gempa dan akumulasi.

oleh Wisnu Wardhana diperbarui 17 Nov 2019, 17:52 WIB
Abu tipis terdistribusi di beberapa wilayah sekitar lereng Gunung Merapi. (Foto: Humas BNPB)

Liputan6.com, Yogyakarta - Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, kembali meletus pada Minggu (17/11/2019). Tinggi kolom letusan sendiri teramati kurang lebih 1000 meter dari puncak.

Letusan terjadi sekira pukul 10.46 WIB. Seismogram Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, mencatat amplitudo max 70 mm dan durasi 155 detik.

BPPTKG menyebutkan, terjadi luncuran awan panas letusan, sementara angin bertiup ke Barat dan mengakibatkan hujan abu tipis turun di Desa Sumber dan Keningar di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang Jawa Tengah, berjarak 15 kilometer dari Puncak Gunung Merapi.

Meski sudah beberapa kali terjadi letusan, status Gunung Merapi masih ditetapkan di level 2 yaitu waspada. Status ini tidak ditingkatkan sejak ditetapkan 21 Mei 2018, karena ancaman dinilai masih sama.

"Potensi ancaman bahaya saat ini masih sama, yaitu berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif," kata sumber di BPPTKG.

Meski letusan terjadi, dari permodelan diketahui jika kubah lava saat ini runtuh, luncuran awan panas tidak akan melebihi radius 3 km. Sehingga selain status tetap waspada, jarak aman ditetapkan di atas 3 kilometer dari puncak Merapi.

Letusan kali disebabkan masih adanya suplai magma yang ditandai terjadinya gempa dan akumulasi.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Jarak Aman

Gunung Merapi menyemburkan awan panas. (Dok BPPTKG)

Pada tanggal 15-16 November 2019 kegempaan kembali meningkat. Seismograf mencatat gempa rata-rata vulkanotektonik dalam (VTA) 15 kali/hari, dan multiphase (MP) 75 kali/hari. Pada tanggal 17 November pukul 00.00-11.00 WIB tercatat gempa VTA 3 kali, VTB 4 kali, dan MP 16 kali.

"Peningkatan kegempaan ini diduga mencerminkan akumulasi tekanan gas di bawah permukaan kubah yang berasal dari dapur magma di kedalaman lebih dari  3 km," tutur Kepala BPPTKG Hanik Humaida.

Kejadian letusan semacam ini masih dapat terus terjadi sebagai indikasi bahwa suplai magma dari dapur magma masih berlangsung. Ancaman bahaya letusan ini berupa awanpanas yang bersumber dari bongkaran material kubah lava dan lontaran material vulkanik dengan jangkauan kurang dari 3 km berdasarkan volume kubah yang sebesar 416.000 m3 berdasarkan data drone 30 Oktober 2019.

Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa di luar radius 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya