Selain Aspek Kognitif, Ini 3 Alasan Lain Anak Harus 7 Tahun Masuk SD

Alasan anak mesti usia 7 tahun saat masuk SD.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Nov 2019, 10:00 WIB
Seorang ibu mendampingi anaknya saat hari pertama masuk sekolah di SDN Cinere 1, Depok, Jawa Barat, Senin (15/7/2019). Seluruh siswa SD, SMP dan SMA, pada hari ini mulai masuk sekolah pada tahun ajaran baru 2019/2020. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Ada anak yang berusia di bawah 6 tahun sudah masuk Sekolah Dasar (SD) karena dianggap anak sudah mampu menulis, membaca dan berhitung. Namun, sebenarnya bukan aspek itu saja yang perlu diperhatikan saat anak masuk SD.

Padahal, pemerintah sudah menetapkan kalau usia yang direkomendasikan bagi anak yang masuk SD adalah 7 tahun. Hal ini bukan tanpa alasan.

Dikutip dari Sahabat Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada usia 5-6 tahun, anak masih dalam tahap mengembangkan keterampilan sosial dan motorik atau gerak. Sementara, untuk mulai belajar di kelas 1 SD anak harus sudah bisa serius mengikuti pelajaran dalam waktu yang cukup lama dan dalam ruang yang terbatas.

Berikut ini beberapa alasan mengapa usia masuk SD ditetapkan 7 tahun minimal 6 tahun.

 1. Aspek Fisik

Pada usia 7 tahun, anak dianggap paling siap secara fisik. Gerakan motorik anak sudah lebih bagus, otot dan sarafnya juga sudah terbentuk. Untuk memegang pensil misalnya, anak sudah lebih mampu jika harus menulis sendiri tanpa bantuan orang dewasa. Sementara usia kurang dari 6 tahun terkadang belum siap, karena anak-anak usia ini masih suka bermain dan tak bisa diam cukup lama untuk mengerjakan tugas dan belajar.

2. Aspek Psikologis

Dalam teori perkembangan, anak mulai bisa berkonsentrasi dengan baik pada usia di atas 6 tahun. Semakin bertambah usianya, kemampuan konsentrasi meningkat, semakin mampu memilah materi mana yang harus diperhatikan dan yang harus diabaikan.

Rentang konsentrasi untuk usia sekolah biasanya sekitar 30-45 menit. Anak yang terlalu dini masuk SD umumnya masih bermasalah khususnya di kelas satu, akan sangat sulit untuk fokus dan berkonsentrasi.

Ia masih harus mengembangkan keterampilan geraknya. Kemampuan intelektualnya mungkin sudah cukup mampu menyelesaikan soal-soal yang disediakan tapi anak masih butuh banyak aktivitas fisik.

 


3. Aspek Kognitif

Sejumlah orang tua mendampingi putra-putri mereka di hari pertama sekolah di SDN Cinere 1, Depok, Jawa Barat, Senin (15/7/2019). Seluruh siswa SD, SMP dan SMA, pada hari ini mulai masuk sekolah pada tahun ajaran baru 2019/2020. (merdeka.com/Arie Basuki)

Saat akan masuk ke SD anak diharapkan mampu membaca, menulis, berhitung sederhana. Selain itu anak juga diharapkan mampu mengikuti instruksi, paham dan bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan.

Pada beberapa anak, di usia 6 tahun, kemampuan kognitif tersebut belum optimal. Saat diajarkan mereka akan sulit menyerap karena masih waktunya untuk bermain dan bereksplorasi dengan cara menyenangkan.

4. Aspek Emosi

Umumnya anak yang terlalu dini masuk SD memang cukup matang secara akademik. Sementara, kematangan emosi dan kemandiriannya belum maksimal. Padahal di jenjang SD anak tidak lagi akan mendapat perhatian seperti di TK.

Anak diharapkan lebih mandiri dan juga tidak lagi terlalu tergantung pada orangtuanya. Jadi, masalah yang akan terlihat adalah anak bisa mengikuti pelajaran di sekolah.Lalu di sisi lain, misalnya anak masih minta ditunggui bunda atau tidak berani pipis sendiri di toilet umum sekolah atau mudah menyerah terhadap tugas yang diberikan atau tidak mau mengerjakan PR karena masih lebih suka bermain dan sebagainya.

 

Penulis: Mutia Nugraheni/Dream.co.id

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya