Liputan6.com, Jakarta - Para orangtua wajib menyoroti kesehatan buah hati, tidak terkecuali mata. Langkah ini ditempuh untuk mencegah kelainan refraksi atau masalah visual umum yang membuat penglihatan kabur seperti miopi atau rabun jauh.
Dokter spesialis mata konsultan, Gitalisa Andayani, Sp.M (K) mengatakan sedari kecil penting mengetahui perkembangan mata anak. Sebut saja saat masih bayi hingga berusia tiga bulan ketika diajak bicara.
"Begitu agak besar, (mereka) lihat mainan itu sudah cukup suatu cara memonitor. Kalau sudah belajar, lihat lancar nggak apa tidak jalannya. Tanda suka tersandung merupakan salah satu gejala mungkin gangguan atau alarm untuk periksa," kata Gitalisa kepada Liputan6.com di jumpa pers 90th Anniversary Optik Tunggal di Plaza Indonesia, Jakarta, Senin, 18 November 2019.
Baca Juga
Advertisement
Berlanjut anak memasuki fase pra-sekolah atau usia sekolah lewat adanya kegiatan menulis, melihat televisi terlalu dekat, juga jadi tanda peringatan. Atau saat anak di kelas, sang guru menyebut si kecil tak bisa membaca dari jarak jauh.
"(Pencegahan) yang pasti ibu selama bayi di kandungan, kandungan gizinya mesti baik, makanya selalu dikasih vitamin hamil ada vitamin A jadi vitamin-vitamin yang bermanfaat untuk mata terutama vitamin A, C, dan E nilai antioksidannya tinggi," tambahnya.
Kecukupan protein juga perlu diperhatikan. Ibu harus cukup gizi dan jangan sampai terkena infeksi rubella, toksoplasma, cytomegalovirus, virus herpes selama kehamilan. Virus-virus itu berpotensi menyebabkan gangguan kongenital mata pada janin.
Ketika anak memasuki usia sekolah yang ada kegiatan membaca, di sanalah momen mendeteksi mata minus atau minus tambah bagian yang sudah ketahuan mata minus. Pemeriksaan rutin enam bulan sekali sangat dianjurkan.
"Dalam praktik, saya mendapatkan anak yang min 2 ke atas nanti datang enam bulan kemudian sudah min 2,5 dan seterusnya. Umumnya (min terus bertambah) karena anatomi, sumbunya memanjang terus bertambah," lanjutnya.
Lantas, apa yang seharusnya dilakukan orangtua untuk mencegah mata minus dan minus bertambah pada anak? "Kegiatan outdoor. Jadi, kalau anak kecil dari kecil sudah lihat dekat gadget, seperti tren anak sekarang saya khawatir nanti akan booming, diramalkan memang di Taiwan anak masuk kuliah 80 persen (yang matanya minus)" lanjutnya.
"Kalau di Singapura dan Mainland China masih lebih rendah 30--45 persen. Di Indonesia, kita pernah bikin penelitian tapi belum nasional itu sekitar 25--30 persen anak sekolah ada miopia atau min," kata dokter spesialis mata konsultan sekaligus humas Perdami ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dampak Aktivitas di Luar Ruangan pada Pencegahan Mata Minus pada Anak
Mungkin banyak yang belum mengetahui, kegiatan luar ruangan dapat mencegah mata minus hingga minus mata anak bertambah. Lantas, apa korelasi antara kegiatan outdoor dan mata minus?
"Ada teori, di dalam mata dan banyak sel di tubuh kita ada hormon namanya dopamine. Dopamine itu kalau terpapar UV, dia mencegah pemanjangan bola mata yang pesat," ungkap Gitalisa.
Maka dari itu kegiatan outdoor sangat penting. Ia menambahkan, di negara maju sudah dilakukan trial seperti di Finlandia hingga Swedia, waktu belajar anak dibatasi. Sisanya, belajar dilaksanakan di luar ruangan.
"Itu di Taiwan mulai, saya baru membahas paper-nya. Taiwan bikin trial khusus, waktu istirahat di panjangin lagi ada beberapa kegiatan yang tidak di dalam kelas dan yang penting terpapar UV," tambahnya.
Maksud dari terpapar sinar langsung bukan berarti anak-anak melihat matahari langsung. "Tapi di bawah, tetap di lindungi karena sinar matahari langsung tidak bagus bisa kanker kulit, melukai retina kalau melihat langsung. Yang penting terpapar saja di selasar, hall yang penting outdoor," tutupnya.
Advertisement