Pakar Asal Jerman Nyatakan Kecanduan Belanja Online Sebagai Gangguan Kejiwaan

Pakar dari Jerman mengusulkan agar kecanduan belanja online dikategorikan sebagai masalah kejiwaan tersendiri

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 19 Nov 2019, 20:00 WIB
Ilustrasi belanja Online (iStockphoto)​

Liputan6.com, Jakarta Bukan hanya gim dan internet yang bisa bikin kecanduan. Belanja online ternyata ditemukan juga berpotensi menjadi sebuah candu.

Hal ini dinyatakan oleh beberapa pakar kejiwaan dari Hannover Medical School, Jerman dalam studi terbaru mereka. Peneliti Astrid Muller bersama rekan-rekannya, merekomendasikan bahwa Buying-Shopping Disorder (BSD) harus dikategorikan sebagai gangguan kejiwaan.

Dalam studi yang dilakukan pada 122 partisipan dengan perawatan untuk BSD, Muller menemukan bahwa sepertiga dari mereka melaporkan gejala belanja online secara aktif.

Dikutip dari Manchester Evening News pada Selasa (19/11/2019), saat ini kecanduan belanja online memang tidak digolongkan sebagai kondisi kesehatan mental yang spesifik. Kondisi tersebut hanya menjadi bagian dari 'gangguan kontrol impuls tertentu lainnya' di revisi kesebelas International Classification of Diseases.

Saksikan juga video menarik berikut ini


Hasrat Ekstrem untuk Membelanjakan Uangnya

Ilustrasi Orang belanja online (iStockPhoto)

Dalam studi yang dimuat di jurnal Comprehensive Psychiatry, Muller menyatakan bahwa kondisi tersebut diperkirakan mempengaruhi sekitar 5 persen dari populasi.

Muller mengatakan, kecanduan belanja online membuat seseorang memiliki hasrat yang ekstrem untuk membeli suatu barang serta mendapatkan kepuasan saat membelanjakan uangnya.

Masalah yang terjadi antara lain gangguan pengendalian diri, tekanan yang ekstrem, masalah kejiwaan lain, kesulitan dalam hubungan serta munculnya masalah fisik dan utang.

"Kami berharap bahwa hasil ini menunjukkan bahwa prevalensi belanja daring yang membuat kecanduan di antara pasien yang mencari pengobatan BSD, akan mendorong penelitian di masa depan yang membahas karakteristik fenomenologis yang berbeda, fitur yang mendasari, komorbiditas terkait, serta konsep perawatan tertentu," kata Muller dikutip dari Daily Mail.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya