Liputan6.com, Jakarta - Patriarki dikenal juga dengan sistem sosial bahwa laki-laki ditempatkan sebagai pihak yang memegang kendali dan kuasa utama dalam segala aspek baik sosial, politik, maupun finansial. Sistem patriarki seringkali mengesampingkan kesetaraan gender termasuk dalam hubungan percintaan.
Dalam budaya patriarki perempuan menjadi pihak yang sering kehilangan jati dirinya. Misal, saat menikah, nama belakangnya menjadi nama suaminya. Lalu apakah mungkin menjaga keharmonisan hubungan dengan pasangan di budaya patriarki? Tentu saja, hubungan bisa tetap harmonis bahkan dalam budaya yang menjunjung tinggi patriarki sekalipun.
Advertisement
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar hubungan tetap harmonis meski sarat akan budaya dan pandangan patriarki.
Diskusi di awal hubungan
Sampai saat ini, patriarki masih kerap dipandang sebagai suatu kebenaran yang absolut. Laki-laki cenderung merasa harkat maskulinitasnya akan hilang jika berlaku feminim begitupun dengan perempuan.
“Kenapa ini perlu dibahas, karena begitu tidak adanya kesetaraan tidak harmonis pasti akan ada salah satu gender yang tertekan salah satu yang tidak bahagia. Padahal, kalau kita mau membahas tentang relationship, susah jika hanya salah satu yang berkuasa sementara yang satunya lagi nurut-nurut aja,” ucap Seksolog Zoya Amirin dalam talkshow “Fighting Patriarchy System In Sexual Life” Fimela Fest 2019.
Dalam fighting patriarchy yang dilawan adalah sistem yang tidak “fair” terhadap isu gender dan seksualitas. Untuk itu, jika ingin menjalin hubungan yang sehat berdiskusilah dengan pasangan tentang semua hal.
“Maskulin itu punya sikap melindungi, menjaga, dan memelihara perempuan. Laki-laki yang percaya diri dan mencintai perempuannya akan tetap menafkahi walaupun wanitanya bekerja. Seharusnya semuanya bisa dibicarakan dan didiskusikan seperti masalah mengatur rumah tangga, siapa yang mengurus anak, bukan berarti fight patriarki maskulinitasnya hilang,” Zoya menambahkan.
Bicarakan tentang kejelasan sistem
Saat menjalin hubungan, sistem bagaimana hubungan akan berjalan harus dijelaskan dan disepakati bersama. Penulis Djenar Maesa Ayu menyarankan agar menghindari membuat asumsi sendiri kepada pasangan antara satu sama lain karena asumsi yang dibuat bisa saja salah.
Selain itu, bagi pria kategori wanita baik-baik juga harus diperhatikan. Jangan terlalu mengikuti stigma sosial yang salah tentang perempuan. Misalnya, perempuan yang baik harus berjilbab, sementara perempuan yang liar di atas ranjang dianggap tidak baik padahal belum tentu demikian.
Mencintai diri sendiri dan melakukan hal-hal yang disukai adalah cara paling sederhana untuk melawan sistem patriarki termasuk dalam suatu hubungan. Harus ada kesepakatan dan diskusi antar kedua belah pihak.
“Be true to yourself, jadilah manusia, jangan pikirkan perkataan orang lain karena kita tidak akan pernah bisa membuat semua orang senang dengan kita, “ ujar Djenar di Atrium Gandaria City, Jakarta Selatan.
Penulis: Winda Nelfira
Advertisement