LPS Turunkan Bunga Penjaminan Simpanan jadi 6,25 Persen

Penurunan tingkat bunga penjaminan sebesar 25 basis point (bps) menjadi 6,25 persen untuk simpanan rupiah di bank umum.

oleh Bawono Yadika diperbarui 19 Nov 2019, 14:33 WIB
Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) mencanangkan tahun 2017 ini sebagai tahun Transformasi.

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menurunkan tingkat bunga penjaminan sebesar 25 basis point (bps) menjadi 6,25 persen untuk simpanan rupiah di bank umum.

Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah mengatakan, untuk simpanan rupiah di bank umum dan simpanan rupiah di BPR masing-masing turun sebesar 25 bps.

Sementara untuk simpanan dalam bentuk valuta asing atau valas diturunkan juga 25 bps menjadi 1,75 persen. Untuk BPS simpanan rupiahnya menjadi 8,75 persen.

 

"Tingkat bunga simpanan ini berlaku sejak 20 November 2019-24 Januari 2020," tuturnya di Jakarta, Selasa (19/11/2019).

Halim mengungkapkan, ada sejumlah pertimbangan mengapa LPS menurunkan bunga pinjaman. Pertama, tren suku bunga baik deposito maupun kredit terus menunjukkan penurunan.

Kedua, kondisi likuiditas perbankan tidak ada permasalahan. Serta ketiga nilai tukar rupiah dan kondisi global masih cukup stabil dan juga baik.

"Stabilitas sistem keuangan saat ini terjaga dengan baik. Itu tiga pertimbangan yang kami coba lakukan dalam melakukan evaluasi," paparnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


LPS Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2019 Hanya 5 Persen

Kepala Eksekutif LPS, Fauzi Ichsan (Foto:Merdeka.com/Yayu Agustini Rahayu)

Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di rentang 5-5,1 persen hingga akhir tahun.

Hal tersebut ia katakan dalam acara Economic Outlook Perbankan 2020 di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sore ini.

"Kalau dilihat dari sisi industri dan makro, Indonesia masih aman dengan pertumbuhan ekonomi 5-5,1 persen dibanding pertumbuhan ekonomi dunia yang hanya 3,5 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tertinggi ketiga di G20," ungkap dia, Senin (4/11/2019).

Fauzi bilang, pergerakan nilai tukar rupiah masih menjadi penopang pertumbuhan Indonesia. Begitu juga dengan pemangkasan suku bunga acuan dari bank sentral AS yakni The Fed.

"Sampai kuartal IV tidak akan berubah banyak karena memang pertumbuhan ekonomi stabil. Yang menjadi support buffer perbankan itu kan prtumbuhan ekonomi ditambah turunnya suku bunga global dan suku bunga rupiah, serta stabilnya kurs," kata dia.

Dia melanjutkan, pihaknya memproyeksi suku bunga acuan The Fed akan tetap rendah di 2020.

"Bahkan pelaku pasar masih memperkirakan bisa turun lagi 25 bps. Kalau kita lihat suku bunga acuan bank sentral Eropa, Tiongkok, Jepang, akan tetap stabil. Sehingga suku bunga global setahun kedepan akan tetap rendah," tegasnya. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya