Liputan6.com, Jakarta - Periset di Universitas Harvard sedang membuat perangkat robot yang lebih ringan dan fleksibel untuk para penyandang disabilitas.
Perangkat robot tersebut akan dibuat agar penyandang disabilitas yang memakainya bisa bergerak dengan mudah dan tidak terlalu berat.
Advertisement
Tim Gatautis, sudah 10 tahun ke belakang menggunakan kursi roda. Alat bantu itu digunakan sejak Tim mengalami cedera tulang belakang saat sedang berenang.
Kini, Tim menjadi seorang peserta studi riset di Universitas Harvard. Dia menguji coba perangkat robotik baru yang bisa dikenakan dan dirancang untuk merehabilitasi tangan dan lengan.
"Perangkat ini menginspirasi saya untuk keluar rumah dan mencoba hal-hal yang sebelumnya tidak pernah bisa saya lakukan," ujar Tim, seperti dikutip dari VOAIndonesia, Selasa (19/1/2019).
Conor Walsh merupakan salah satu bagian dalam riset di Universitas Harvard. Dia menjelaskan tentang uji coba yang dilakukan penyandang disabilitas bernama Tim itu.
"Setiap pekan, kami menguji coba sarung tangan baru, sensor baru, sistem kontrol baru dan meminta masukan dari para peserta dalam studi ini untuk mengetahui apakah kami bergerak ke arah yang benar atau tidak," kata Walsh.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Buat Robot Lentur
Dengan dukungan dari Yayasan Sains Nasional, perancang robot Conor Walsh dan timnya berupaya membuat sebuah perangkat lentur yang bisa dikenakan dan dipasangi mikroprosesor.
Ketika seorang pasien lumpuh atau pasien stroke berusaha menggerakkan lengan mereka, mikroprosesor itu mendeteksinya. Kemudian, sarung tangan yang lentur itu bertindak sebagai otot dan menambah tenaga pasien untuk menggerakkan lengan atau tangan mereka.
"Salah satu hal yang ingin kami lakukan adalah bagaimana memulihkan fungsi mereka supaya kita bisa membantu mereka lebih independen. Yang kami lakukan adalah menciptakan robot-robot yang sangat ringan dan dapat dikenakan yang bisa dikenakan sepanjang hari setiap hari," ucap Walsh.
Menurut dia, tantangannya adalah membuat robot-robot itu nyaman dikenakan dan mudah digunakan oleh para penggunanya.
"Robot-robot ini terlihat seperti baju selam, tapi ada semacam balon-balon kecil diantara lapisan dalam dan luar. Begitu dikenakan, perangkat itu diberi tiupan udara sehingga lapisan dalamnya melekat dengan kulit, sementara lapisan luarnya dibiarkan longgar untuk memungkinkan pergerakan," jelas Walsh.
Sementara itu, anggota tim sekaligus dokter Sabrina Paganoni sedang menguji coba perawatan baru bagi orang-orang yang mengidap penyakit otot degenartif atau ALS.
"Kebutuhan akan perangkat bantuan ini akan terus bertambah karena orang-orang akan hidup lebih lama, ini merupakan perkembangan baik. Tapi pada waktu yang sama, kita harus bisa memberi mereka bukan hanya umur yang lebih panjang, tapi lebih berarti dan lebih produktif," kata Paganoni.
Perangkat-perangkat seperti ini merupakan kemajuan bagi orang-orang dengan disabilitas untuk meningkatkan kemampuan diri.
Advertisement