Ketika Disabilitas Menjual Hasil Karyanya di Toko Online

Bersama anak-anak penyandang disabilitas lainnya, Maria membuat manik-manik di sekolah berkebutuhan khusus SLB Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC).

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Nov 2019, 17:28 WIB
Penyandang disabilitas memasarkan produknya dalam bazar UMKM komunitas difabel di Solo, Jawa Tengah. (VOA Indonesia)

Liputan6.com, Solo - Seorang wanita penyandang disabilitas bernama Maria Anastasia Endang Hendarti menjadi salah satu pembuat kerajinan tangan dari manik-manik di Solo, Jawa Tengah.

Dilansir VOAIndonesia, Selasa (19/11/2019), Maria menjadi salah satu yang ambil bagian menjual hasil karyanya dalam bazar UMKM komunitas disabilitas.

Bersama anak-anak penyandang disabilitas lainnya, Maria membuat manik-manik di sekolah berkebutuhan khusus SLB Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC).

Manik-manik itu disulap menjadi berbagai kerajinan tangan, seperti busana boneka, dompet, tas, dan gantungan. Tak hanya itu, ada juga karya lain yang dihasilkannya, yaitu kaos motif batik bergambar wajah Presiden Jokowi.

Maria harus menggunakan kursi roda akibat polio yang dideritanya saat berusia dua tahun. Ia pun menjadi penyandang disabilitas.

Karena menekuni kerajinan manik-manik, Maria pun dipercaya untuk mengajar di YPAC. Hasil kerajinan itu pun dijual di bazar atau pameran kerajinan.

"Membuat kerajinan manik-manik ini yang cepat bisa satu minggu. Kalau yang buat itu mengalami cacat tangan, ya lebih lama, 2-3 minggu. Kan susah memasukan benang ke manik-manik. Hasilnya, kami jual kalau ada tamu yang datang ke YPAC atau kami ikut bazar seperti ini," ujar Maria.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Buat Tempat Sampah Elektrik

Ilustrasi membuang sampah pada tempatnya.

Selain Maria, ada pula Heri Suprianto. Pria yang menggunakan dua tongkat bantu berjalan itu membuat tempat sampah elektrik khusus bagi penyandang disabilitas.

Heri membuat tempat sampah tersebut dengan menggunakan sejumlah sensor, antara lain gerak, suara, dan elektrik. Dia juga mencoba memasarkan produk hasil karyanya itu.

"Tempat sampah yang saya buat ini ramah difabel. Berbeda dengan yang lain. Kalau umumnya itu tempat sampah agak terbuka, tempat sampah buatan saya ini tertutup. Tidak menyebarkan bau atau polusi," papar Heri.

"Buatan saya ini bisa membuka dan menutup sendiri dengan jarak tertentu. Misal 75 cm, kalau membuang sampah dengan jarak sekitar itu akan membuka sendiri tutupnya, dan ketika menjauh dari tempat sampah, tutupnya akan menutup sendiri. Ini pakai sensor ultrasonik, tergantung jarak, bisa diatur," sambung dia.

Tempat sampah yang diklaim Heri ramah difabel ini akan membuka menutup sendiri jika melewati batas sensor.

"Jika sampah sudah masuk ke dalam tempat sampah itu maka akan terdengar suara ucapan terima kasih dari bagian atas penopang tempat sampah yang berisi pengeras suara mini seperti yang dipakai laptop atau komputer," kata Heri.

Suara rekaman ucapan terima kasih diambil Heri dari internet, lalu dimasukkan ke pemutar MP3 dan disambungkan dengan sensor tempat sampah.

 


Toko Online Disabilitas

Ilustrasi belanja Lebaran di toko online. (iStockPhoto)

Minimnya akses penyandang disabilitas memasarkan produk usahanya membuat mereka semakin terpinggirkan secara ekonomi. Keterbatasan fisik membuat pencetak lapangan kerja jarang melirik hasil produktivitas mereka.

Penggagas jejaring online usaha bagi para penyandang disabilitas Heru Sasongko mengaku ingin mencoba mengatasi hal itu dengan mendirikan Difa Shop di aplikasi android.

Difa Shop itu nantinya membantu memasarkan produk hasil karya penyandang disabilitas. Menurut Heru, aplikasi ini menunjukkan detail produk, pemilik, hingga lokasi.

"Tujuan kami supaya masyarakat ikut berpartisipasi membantu dan memberdayakan para penyandang disabilitas ini. Sekarang ini, pemerintah banyak intervensi atau ikut campur bersama-sama masyarakat memberdayakan difabel dengan kemudahan yang kami luncurkan," cerita Heru.

Dia menjelaskan, masyarakat bisa mencari rumah disabilitas dan produk disabilitas melalui aplikasi Difa Shop yang ada dalam android.

"Ini bentuk toko online yang berjaringan teman-teman komunitas difabel supaya mereka semua dalam satu ikatan rantai, link bisnis terstruktur. Jalinan barang atau produk teman-teman difabel ada di aplikasi itu semua, Difa Shop," ucapnya.

Sejauh ini, menurut Heru, aplikasi Difa Shop baru mencakup 31 usaha penyandang disabilitas di Jawa tengah, seperti kuliner, kerajinan tangan, jasa terapis, dan desain grafis.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya