Liputan6.com, Jakarta - Banyak dari orang Brasil yang menderita vitiligo. Penyakit ini ditandai dengan hilangnya warna kulit di area tubuh tertentu. Meski ada banyak perawatan untuk mengatasi kondisi ini, aspek yang paling sulit untuk diatasi adalah prasangka orang lain terhadap mereka yang menderita itu.
Seorang pria bernama Joao Stanganelli memutuskan untuk menggunakan kemampuannya merenda untuk meningkatkan kepercayaan diri serta membuat anak-anak dengan vitiligo bahagia. Joao yang kini berusia 64 tahun, mulai mengalami vitiligo saat berusia 38 tahun. Ia bekerja di industri gastronomi, tapi karena masalah jantung, hidupnya berubah tahun lalu.
Advertisement
Namun, Joao tak membiarkan hal tersebut menghambat dirinya. Ia memutuskan untuk mencari hobi yang membuat pikirannya tetap sehat, aktif, dan bahagia. Bersama sang istri, Marilena, ia memutuskan untuk belajar merajut.
Selanjutnya
Melansir dari Brightside, ia mengaku itu bukanlah sesuatu yang mudah. Pria itu bahkan nyaris menyerah tapi memutuskan untuk bertahan. Setelah 5 hari, ia pun berhasil merajut boneka pertamanya.
Menurut Joao, awalnya ia ingin membuat boneka untuk cucunya. Ia ingin menghadiahkan sang cucu sesuatu yang spesial yang akan membuat sang cucu selalu mengingat Joao.
Advertisement
Selanjutnya
Pria itu lalu memutuskan untuk merajut sebuah boneka dengan vitiligo. Setelah sukses merajut boneka vitiligo pertama, ia memutuskan untuk membuat boneka-boneka rajut unik lainnya.
Berikutnya, ia membuat boneka yang mengenakan kursi roda. Boneka tersebut membuat Joao makin dicintai banyak orang karena kepeduliannya terhadap yang cacat fisik.
Selanjutnya
Kepopulerannya makin meningkat. Dengan semakin banyak orang yang menghargai karya seninya, ini memotivasi pria itu untuk mengembangkan kemampuannya tiap hari. Joao bahkan merilis sebuah buku cerita anak yang mengisahkan petualangan seorang anak perempuan dengan vitiligo. Bukunya tersebut laris di pasaran.
Bagi Joao, tujuan utamanya adalah meningkatkan rasa percaya diri anak-anak yang lahir dengan kondisi kulit yang berbeda. Ia ingin mereka yang memiliki kondisi kulit yang sama dengannya lebih mencintai diri mereka. Seperti yang ia sampaikan dalam sebuah wawancara,
"Bintik-bintik di kulitku ini cantik. Yang menyakitiku justru karakter orang-orang yang tidak menghargaiku," tutupnya.
Advertisement