Liputan6.com, Paris - Angka kematian sebagai dampak terorisme secara global menurun 15,2 persen pada 2018, walaupun jumlah negara yang terdampak terus bertambah menurut Index Global Terrorism 2019.
Pada 2014, jumlah kematian yang mencapai angka 33.555, ketika kelompok militan ISIS terpikat oleh ribuan ekstrimis yang kemudian membuat penurunan menjadi 15.952 pada 2018, menurut index yang dirilis oleh Institut di Sydney for Economics and Peace (IEP). Demikian dikutip dari Strait Times, Rabu (20/11/2019).
Baca Juga
Advertisement
Penurunan terbesar yang terjadi di 2018 dialami Iraq di mana kemenangan militer terhadap ISIS terjadi pada tahun lalu. Selain itu, juga terjadi di Somalia di mana militer AS melakukan serangan udara terhadap ekstrimis Shabaab sejak 2017.
Untuk pertama kalinya sejak 2003, Iraq bukanlah negara yang terkena dampak buruk dari terorisme.
Afghanistan, negara di mana Taliban menggantikan ISIS sebagai kelompok teror paling mematikan, menduduki puncak dengan 1.443 serangan yang menewaskan 7.379 orang. Selanjutnya, Irak dengan 1.131 serangan yang menewaskan 1.054 orang serta Nigeria dengan 562 serangan yang menewaskan 2.040 orang.
Suriah, dengan 131 serangan yang menewaskan 662 orang berada di peringkat keempat.
Sedangkan Eropa, dengan tak ada serangan besar di 2018, jumlah kematiannya menurun dari 200 menjadi 62 di tahun 2017.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Terorisme Masih Meluas
"Hancurnya ISIS di Suriah dan Iraq merupakan salah satu faktor negara Eropa Barat memiliki angka terendah terkait serangan sejak 2012, dengan tak ada angka kematian di 2018," menurut laporan dari ketua eksekutif IEP, Steve Killelea.
"Namun, situasinya masih tetap bergejolak, dengan sebagian besar Suriah diperebutkan dan banyak kelompok kecil bersimpati pada filosofi ISIS, meninggalkan kemungkinan serangan Islam lebih lanjut di Eropa," tambahnya.
Laporan itu juga mencatat bahwa walaupun "intensitas terorisme telah menurun ... terorisme masih tersebar luas dan meningkat".
Pada tahun 2018, 71 negara mengalami setidaknya satu kematian terkait terorisme, dan itu merupakan jumlah tertinggi kedua sejak awal abad ini.
Sementara itu indeks mencatat lompatan besar dalam kematian yang disebabkan oleh terorisme sayap kanan di Eropa Barat, Amerika Utara, dan Oseania, dengan jumlah kematian meningkat sebesar 320 persen selama lima tahun terakhir.
Laporan itu mengutip serangan pada bulan Maret terhadap dua masjid di kota Christchurch, Selandia Baru, yang menewaskan 51 orang, sebagai contoh ideologi sayap kanan yang menyebar ke sebuah negara dengan "hampir tidak ada sejarah kegiatan teroris sebelumnya".
Di AS, peningkatan terorisme sayap kanan dicerminkan oleh peningkatan kejahatan rasial, menurut laporan itu.
Tetapi sebagian besar serangan teror terjadi di negara-negara yang terlibat dalam konflik kekerasan.
Advertisement