Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Senior, Faisal Basri memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan akan berada di bawah 5 persen, tepatnya 4,9 persen. Hal ini karena di tahun tersebut ekonomi global mengalami perlambatan yang merata.
"Tahun depan saya perkirakan (pertumbuhan ekonomi) turun menjadi 4,9 persen," kata dia, dalam sebuah acara diskusi bertajuk "Alarm Perlambatan Konsumsi", di Kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (20/11/2019).
Dia mejelaskan, pada 2020, Indonesia tidak mungkin mencapai angka pertumbuhan ekonomi pada 5 persen seperti tahun ini. Pasalnya, di tahun depan semua negara diprediksi akan mengalami penurunan yang sama.
"Terlalu superior Indonesia kalau hampir semua negara turun kita naik, apa istimewanya kita? enggak juga," ujarnya.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, dia menilai saat ini tidak ada energi baru yang mampu mendongkrak roda perekonomian Indonesia.
"Kan butuh energi baru gitu, butuh pembaruan di dalam tubuh saya supaya saya seger kembali. Ini tidak begitu," keluhnya.
Saat ini, kata dia, pemerintah seolah senang sekali mendorong start up unicorn dan decacorn. Padahal, kontribusi mereka terhadap pertumbuhan ekonomi belum terlalu besar.
"Unicorn decacorn yang pengaruhnya ke ekonomi enggak ada. Ada, tapi kecil ya, rugi terus, dia pengaruhnya ke pajak gak ada. Jalan tol buat (distribusi) barang-barang impor, jadi apa? Ga ada (energi baru)," tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
CORE Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2020 Cuma 4,9 Persen
Center of Reform on Economics (Core) Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 bakal berada di kisaran 4,9 persen hingga 5,1 persen. Prediksi ini diakui melebar dibandingkan prediksi sebelumnya.
Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, jika sebelumnya range prediksi hanya sebesar 0,1 persen, maka untuk 2020 melebar jadi 0,2 persen.
BACA JUGA
"Menjadi 0,2 persen karena faktor ketidakpastiannya sangat tinggi, sehingga range-nya melebar. Di tahun depan kita akan melihat lagi kecenderungan pertumbuhan ekonomi apakah ke 5,1 persen atau 4,9 persen," kata dia, dalam diskusi, di Jakarta, Rabu (20/11/2019).
Prediksi itu, lanjut Faisal, mempertimbangkan dua skenario yang terjadi di tahun depan. "Dari prediksi pertumbuhan global meningkat tapi tertahan. Perlambatan pertumbuhan terjadi di Amerika Serikat (AS) dan China. Bisa jadi lebih negatif bila eskalasi perang dagang ini berlanjut," ungkapnya.
"Bisa lebih positif jika Presiden AS Donald Trump ini tidak terpilih di 2020, perang dagang itu otomatis diperkirakan tidak berlanjut, bisa berlanjut lagi jika Trump terpilih," lanjut Faisal.
Advertisement