Rupiah Ditutup Tertekan ke Level Rp 14.101, Efek Hasil RDG BI

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditutup melemah 0,05 persen.

oleh Bawono Yadika diperbarui 21 Nov 2019, 16:41 WIB
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditutup melemah berada pada posisi Rp14.101 atau tertekan 0,05 persen dengan melemah 7 poin.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan dari internal, sentimen fluktuasi rupiah dipengaruhi Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 5,00 persen.

"Penjelasan yang positif ini tidak serta merta mata uang garuda kembali menguat namun kondisi eksternal yang begitu kuat menahan gerak langkan mata uang tersebut," ujarnya Kamis (21/11/2019).

Dari eksternal, menurut Ibrahim risalah pertemuan Federal Reserve AS untuk bulan Oktober yang diterbitkan semalam, juga menerima beberapa fokus.

Sedangkan dari regional sendiri Presiden Trump kemungkinan akan menandatangani RUU yang mendukung pengunjuk rasa Hong Kong.

"Juru bicara kementerian luar negeri China menyebut keputusan itu sebagai campur tangan terang-terangan dalam urusan dalam negeri China, dan mengatakan AS menghadapi konsekuensi negatif jika itu tetap ada," paparnya.

Adapun dalam perdagangan besok rupiah diperkiraka masih akan melemah karena goncangan eksternal yang terlalu kuat, itu dengan kisaran Rp14.075-14.140 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Rupiah Melemah 0,41 Persen pada Bulan November 2019

Sejumlah uang kertas rupiah ditunjukkan petugas di Bank BUMN, Jakarta, Selasa (17/4). Rupiah hari ini diperdagangkan dengan kisaran Rp 13.766 -Rp 13.778 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi atau pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebesar 0,41 persen, pada November 2019 dibanding bulan sebelumnya.

"Pada November 2019, Rupiah secara rata-rata mengalami apresiasi 0,42 persen meskipun secara point to point mengalami depresiasi 0,41 persen dibandingkan dengan level akhir Oktober 2019," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, di kantornya, Jakarta, Kamis (20/11/2019).

Namun kondisi Rupiah tetap stabil sejalan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia yang membaik. Sejak awal tahun sampai dengan 20 November 2019 nilai tukar Rupiah tercatat menguat 2,03 persen (ytd).

"Penguatan Rupiah didukung oleh pasokan valas dari para eksportir dan aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut," ujar dia.

 


Ekonomi Terjaga

Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan penjelasan kepada wartawan di Jakarta, Kamis (20/6/2019). RDG Bank Indonesia 19-20 Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perry menjelaskan, hal itu didorong prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, daya tarik pasar keuangan domestik yang tetap besar, serta ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar yang terjaga. Prakiraan ini ditopang oleh prospek NPI yang tetap baik seiring berlanjutnya aliran masuk modal asing ke Indonesia dipicu oleh berlanjutnya berbagai faktor positif," ujarnya.

Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia akan terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik pasar uang maupun pasar valas.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya