Liputan6.com, Jakarta - Untuk pertama kalinya, Menteri Dalam Negeri melakukan kunjungan kerja ke Nias, Sumatera Utara. Pada kesempatan itu, Mendagri Tito Karnavian disambut Forum Komunikasi Pimpinan Daerah dan tokoh masyarakat se Pulau Nias. Tito juga mendapat Gelar Kehormatan Adat Nias Tuha Gari Sifaoma Bawa yang berarti Pemimpin yang Besar dan Tegas.
Gari adalah pedang tradisional khas Nias yang biasanya digunakan untuk menegakkan kebenaran dan memerangi kejahatan. Pedang tajam ini bermata dua.
Advertisement
Para tokoh adat menilai dalam diri Tito ditemukan ketajaman mata pedang itu. Masyarakat Nias yakin bahwa ketajaman dan ketegasan Tito selama menjadi Kapolri dan sekarang menjadi Mendagri akan tetap konsisten membabat semua yang mencoba merusak NKRI ibarat Gari Sifaoma Bawa.
"Saya sudah menjadi warga Nias dengan pakaian ini, kemudian diberikan gelar 'Tuha Gari Sifaoma Bawa' kepada saya yang berarti menjadi ikatan bagi saya menjadi warga Nias," kata Mendagri di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, Senin (9/12/2019).
Tito memastikan bahwa ke depan tantangan yang harus dihadapi bersama berkaitan dengan perang melawan kemiskinan dan ketertinggalan, khususnya di Nias.
"Sehingga peran yang kita lakukan ke depan adalah perang menghadapi kemiskinan, ketertinggalan, dan lain-lain, kita harus lakukan bersama-sama, dan saya menjadi bagian dari bapak ibu sekalian untuk memerangi itu," ujarnya.
Sebagai pembina daerah, Tito juga berkomitmen untuk mengembangkan Nias menjadi salah satu daerah yang maju di Indonesia.
"Jadi kewajiban saya juga untuk mengembangkan Nias, mudah-mudahan kita dengan kebersamaan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan kabupaten atau kota, kita bisa bangun Nias ini menjadi salah satu daerah yang paling maju di Indonesia," kata Tito.
Dalam kunjungan tersebut, Mendagri juga membangkitkan semangat optimisme kepada masyarakat Nias dalam mengembangkan potensi wilayahnya untuk menunjang kehidupan. Menurutnya, jika dibandingkan antara sumber daya beberapa negara, Nias jauh memiliki sumber daya yang unggul. Oleh karenanya, bukan suatu hal yang mustahil bagi Nias untuk mengembangkan seluruh potensinya dalam mencapai kesejahteraan bagi masyarakatnya.
"Contoh lainnya di Singapura, saya cukup lama sekolah di Singapura, sekitar lima tahun. Dibandingkan Nias, tidak ada apa-apanya, cuma pulau kecil dengan jumlah penduduk sedikit, sekitar lima juta penduduk, tidak mempunyai sumber daya alam di sana. Tak ada perikanan maupun kelautan, pantainya pun dari pasir Batam. Di mana kuncinya? Lagi-lagi SDM jadi kuncinya," kata Tito.
Nias juga dapat berkaca pada Maldives atau Maladewa yang terletak di sebelah Selatan-Barat Daya India, sekitar 700 kilometer sebelah barat daya Sri Lanka. Di tengah keterbatasan sumber daya, Maldives mampu menarik investor untuk berinvestasi di sana.
"Pulaunya tidak sebanyak Nias, tidak ada bukit apa pun, tapi mampu memanggil dan mengundang investor semua datang. Berbagai macam resort dan kemudian lapangan kerja menjadi terbuka. Nah ini, sebetulnya tidak perlu anti dengan investor asing, mau dari Cina, Amerika atau negara manapun ambil saja, sepanjang dia bisa membuka lapangan kerja, bisa menguntungkan kita, dan tidak mengambil kedaulatan negara kita," jelas Tito.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
SDM Menjadi Kunci
Dengan perbandingan tersebut, Mendagri berharap Nias kian berkembang dengan memanfaatkan SDM maupuan SDA yang kian melimpah. SDM yang kompak menjadi salah satu kunci yang tak dapat dipisahkan untuk membangun Nias.
"Bagaimana agar pembangunan di Nias dapat dijalankan dengan cara swadaya dan swakarsa, kenapa tidak? Karena saya lihat potensi SDM nya pintar-pintar, tokohnya cerdas-cerdas. Persoalannya bagaimana kita memanfaatkan potensi itu, SDM ini betul-betul harus dijaga kekompakannya," kata Tito.
Turut mendampingi Mendagri dalam kunjungan tersebut Wakapolda Sumatera Utara Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto dan Irjen Pol Martuani Sormin, Asops Polri yang akan menjabat sebagai Kapolda Sumut menggantikan Irjen Pol Agus Andrianto.
Advertisement