Demo di Kampus Hong Kong, Mahasiswa Indonesia Pilih Pulang, TKI Tetap Bertahan

Adanya demonstrasi di sejumlah kampus Hong Kong menimbulkan kekhawatiran bagi para mahasiswa, termasuk mahasiswa Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Nov 2019, 12:26 WIB
Demonstran menuruni jembatan menggunakan tali untuk melarikan diri dari Universitas Politeknik Hong Kong di Distrik Hung Hom, Hong Kong, Senin (18/11/2019). Lusinan demonstran melarikan diri dari Universitas Politeknik Hong Kong yang dikepung polisi selama berhari-hari. (AP Photo/Kin Cheung)

Liputan6.com, Hong Kong - Imbas dari kerusuhan yang meluas ke wilayah kampus, perguruan tinggi di Hong Kong menghentikan aktivitas belajar-mengajar mereka sejak pertengahan November lalu. Akibatnya, banyak mahasiswa Indonesia yang sedang studi di sana memutuskan untuk kembali.

Di sisi lain, para buruh migran atau tenaga kerja Indonesia (TKI) tetap bertahan.

Dilansir dari ABC Indonesia, Jumat (22/11/2019), Hong Kong Polytechnic University (PolyU) di wilayah Hung Hom adalah salah satu kampus yang terdampak kerusuhan di kota pulau tersebut.

Sejak tanggal 11 November 2019, polisi Hong Kong berusaha masuk wilayah kampus.

"Hari Senin 11 November 2019, tiba-tiba pagi-pagi banyak polisi di kampus," kata William Huang, mahasiswa Indonesia di PolyU kepada ABC.

"Gas air mata ditembak di dalam wilayah kampus," lanjutnya.

William menceritakan, sejak saat itu kampusnya diliburkan. Dan hingga kini (22/11/2019) masih ditutup.

Mahasiswa program sarjana yang duduk di semester 3 ini mengaku telah kembali ke Indonesia sejak pekan lalu, setelah menerima email dari pihak kampus.

"Soalnya ada berita (email), kami disuruh balik demi keselamatan gitu," ujarnya.Selain dirinya, kata William, mayoritas mahasiswa Indonesia di PolyU juga telah kembali ke Indonesia.

"Mahasiswa Indonesia di sini kurang lebih 90an. Sekitar 80 sudah pulang."

"Tapi beberapa masih di Hong Kong karena punya keluarga di sana," sebut mahasiswa jurusan Product Engineering ini.

William belum tahu sampai kapan kampusnya ditutup tapi ia sangat berharap bisa kembali ke Hong Kong dan melanjutkan studi yang terhambat.

"Sepengetahuan saya tidak ada yang lanjut kelas seperti biasa, antara berhenti sama sekali atau ada kelas online," katanya.

Meski terdampak kerusuhan dan sempat diliburkan, aktivitas belajar di Hong Kong University of Science and Technology (HKUST) -tempat Maximillian berkuliah -sudah diaktifkan kembali setelah terhenti dua pekan.

Mahasiswa program sarjana asal Indonesia ini menuturkan situasi di kampusnya relatif lebih tenang dibanding kampus lain di Hong Kong.

Sama seperti William, Maximillian ingin kembali ke Indonesia. Namun sayangnya ia terhambat urusan dokumen resmi sehingga kepulangannya masih tertunda.

"Saya takut kalau malam ketemu polisi, jujur saja. Selama ini separah-parahnya demonstran, saya kan masih mahasiswa internasional. Mereka enggak terlalu feel offended (merasa diserang)."

"Tapi mungkin itu beda bagi mahasiswa dari (daratan) mainland (China) yang merasa adanya kebutuhan untuk 'melindungi kampung halaman mereka'," papar mahasiswa jurusan ilmu komputer ini.

Walaupun ia menerima imbauan keselamatan dari Konsulat Jenderal Republik (KJRI) Indonesia di Hong Kong, Maxi mengaku keinginannya untuk pulang lebih disebabkan alasan sepinya kegiatan.

"Bosan kuliahnya kosong."

"Untuk HKUST sendiri mahasiswa Indonesia ada sekitar 180 orang, belum termasuk mahasiswa pasca sarjana."

"Tapi sudah pulang semua rata-rata sejak kuliah diliburkan," katanya kepada Nurina Savitri dari ABC Indonesia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


TKI Memilih Bertahan

Demonstran antre menuruni jembatan menggunakan tali untuk melarikan diri dari Universitas Politeknik Hong Kong di Distrik Hung Hom, Hong Kong, Senin (18/11/2019). Lusinan demonstran melarikan diri dari Universitas Politeknik Hong Kong yang dikepung polisi selama berhari-hari. (ANTHONY WALLACE/AFP)

Jika banyak mahasiswa Indonesia di Hong Kong memilih pulang ke Indonesia, tak demikian halnya dengan para buruh migran atau TKI.

Banyak dari mereka tetap bertahan dan bekerja di rumah-rumah tangga keluarga Hong Kong.

Dari postingan Facebook milik akun Yuni Sze, warga Indonesia di Hong Kong, puluhan buruh migran mengungkapkan tanggapan mereka mengenai situasi di Hong Kong dan harapan mereka.

"Teman2 HKG: Adakah hal2 yang membuatmu khawatir dan ingin meninggalkan Hong Kong krn sikon sekarang ini?," tulis Yuni di akunnya.

"Gak Mbk... Aq ttp tenang ae (saja) selama mjikan masih melajutkan kontrak selnjutnya sanpai finis (selesai)...," jawab akun bernama Meydy Meydyy.

"Ora pingin pulang lha gajiku tmbh naik Mbk Yuni. Berdoa Hkg cpt membaik amin," kata pemilik akun Nanda Mega Waty.

"Belum sis. Hkg adalah rumah ke 2 u (untuk) Para BMI (buruh migran Indonesia). Semoga Hong Kong kembali aman dan damai seperti dulu lg Love hkng," komentar akun bernama Samsam Salim Grouf.

Warga Indonesia di Hong Kong lainnya, Hanna Yohana, mengatakan demo berbulan-bulan yang terjadi di Hong Kong memengaruhi aktivitas buruh migran meski sebagian besar dari mereka bekerja di ranah domestik rumah tangga.

Hanna menyebut aktivitas mingguan para buruh migran di kawasan Victoria Park juga terdampak.

Di taman itu, para buruh migran dari Indonesia biasanya berkumpul tiap akhir pekan.

"Semenjak ada demonstrasi, apalagi sekarang demonstrasi tidak bisa diprediksi, sekarang Victoria Park tidak seramai dulu."Karena mereka lebih memilih libur yang dekat dengan rumah," sebut Hanna.

Sementara itu, Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia (Kemenaker) menilai, sejauh ini, situasi di Hong Kong masih kondusif untuk para buruh migran.

"Tidak ada penutupan job order (pesanan kerja) dari pengguna jasa TKI di HK (Hong Kong). Penempatan TKI yang new comer (baru datang) di HK juga masih berlanjut," jelas Kepala Biro Humas Kemenaker, Soes Hindharno.

Ia lalu menganalogikan unjuk rasa di Hong Kong dengan kondisi serupa di Ibu Kota Jakarta.

"Karena situasinya sama saja dengan misal di Jakarta ada demo, tapi kan cuma di Jakarta, di kota lain tidak."

"Demikian juga di HK, di HK ada demo, tapi di daerah lain tidak."

Soes mengatakan lembaganya menghimbau para buruh migran untuk mematuhi aturan dari otoritas setempat, baik KJRI maupun pemerintah atau Kepolisian Hong Kong.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya