NASA Temukan Kandungan Gula di Meteorit yang Hancur ke Bumi

Kandungan gula ditemukan dalam meteorit seperti laporan NASA yang dikutip dari CNN pada Jumat (22/11/2019).

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Nov 2019, 20:10 WIB
Pemindaian Scanning electron microscope (SEM) terhadap Meteorit Nakhla yang jatuh di Mesir pada 28 Juni 1911 (NASA/David McKay)

Liputan6.com, Amerika Serikat - Para peneliti mengatakan, meteorit yang menabrak bumi miliaran tahun lalu mengandung gula. Mereka juga menambahkan, sebagai dukungan pada gagasan bahwa asteroid dapat menyimpan sebagian bahan untuk kehidupan.

Dilaporkan, sebuah tim ilmuwan internasional menemukan gula "bio-essential" dan mengandung senyawa biologis penting lainnya di meteorit, seperti dilansir cnn.com pada Jumat (22/11/2019).

Saat ini para peneliti akan terus menganalisis meteorit untuk melihat seberapa banyak kandungan gula dan bagaimana mereka dapat memengaruhi kehidupan di Bumi.


Ditemukan Ribosa

Ilustrasi DNA (sumber: Pixabay)

Asteroid - benda berbatu dekat Bumi yang mengorbit matahari - adalah induk dari kebanyakan meteorit. 

Selain itu, teori ini menyatakan bahwa reaksi kimia dalam asteroid dapat menciptakan beberapa elemen penting untuk kehidupan. 

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Senin, 18 November di Prosiding National Academy of Sciences, para peneliti menganalisis tiga meteorit. Termasuk, satu meteorit yang mendarat di Australia pada 1969 dan berasal dari miliaran tahun silam.  

Studi sebelumnya juga mencoba menyelidiki kandungan gula pada meteor. Namun, kali ini para peneliti memakai metode ekstraksi yang berbeda yaitu dengan menggunakan asam klorida dan air.

Kemudian, para peneliti menemukan gula seperti arabinose dan xylose. Meski demikian, temuan yang paling signifikan adalah ribosa.


Signifikansi Kandungan hingga Asal Muasal Kehidupan

Ilustrasi sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter. Meteorit yang dijuluki Oest 65 itu diduga sebagai serpihan asteroid berbentuk kentang yang ukurannya jauh lebih besar. (Sumber pics-about-space.com)

Menurut siaran pers, ribosa memainkan peran yang sangat penting dalam biologi manusia. Gula tersebut ada dalam molekul RNA (asam ribonukleat) manusia. Serta, mengirimkan pesan dari DNA manusia untuk membantu membangun protein bagi tubuh kita.

Salah seorang penulis penelitian dari NASA, Jason Drowkin bahkan menunjukkan kekaguman atas hasil temuan gula dalam meteorit oleh NASA. 

"Sungguh luar biasa bahwa molekul yang serapuh ribosa dapat dideteksi dalam bahan purba," kata Jason Dworkin.

Penemuan ribosa juga menunjukkan bahwa RNA berevolusi sebelum DNA. Hal itu memberikan para ilmuwan gambaran yang lebih jelas mengenai bagaimana kehidupan mungkin terbentuk. 

Berdasarkan siaran pers, DNA sudah lama dianggap sebagai "template untuk kehidupan.” Namun, molekul RNA memiliki lebih banyak kemampuan, seperti replikasi tanpa bantuan molekul lain. 

Kemampuan tambahan ini, dikombinasikan dengan fakta bahwa para peneliti belum menemukan gula pada DNA dalam meteorit, dan mendukung teori bahwa "RNA mengkoordinasikan mesin kehidupan sebelum DNA."

Sementara itu, penulis utama dalam studi, Yoshihiro Furukawa dari Universitas Tohoku Jepang turut mengatakan perihal kandungan gula yang terdapat dalam meteorit yang bisa dikatakan berasal dari luar angkasa.

"Penelitian ini memberikan bukti langsung pertama tentang ribosa di ruang angkasa dan pengiriman gula ke Bumi," kata Yoshihiro Furukawa. 

"Gula ekstraterestrial mungkin berkontribusi pada pembentukan RNA di Bumi prebiotik yang mungkin mengarah pada asal usul kehidupan,” tambah Yoshihiro Furukawa. 

Tentu saja, ada kemungkinan bahwa meteorit sudah terkontaminasi oleh kehidupan di Bumi. Meski demikian, pengujian menemukan bukti bahwa ini tidak mungkin, dan gula mungkin berasal dari luar angkasa.

Terlepas dari itu, studi ini menambah daftar bukti yang berkembang bahwa meteorit mungkin menciptakan kehidupan di darat. 

Sebelumnya pada Januari lalu, para peneliti menemukan bahwa dua meteorit mengandung bahan-bahan lain untuk kehidupan. Bahan tersebut meliputi asam amino, hidrokarbon, bahan organik lainnya, dan jejak air cair yang bisa saja berasal dari hari-hari awal tata surya terbentuk.

 

Reporter: Hugo Dimas

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya