Cek Fakta Kesehatan: Adopsi Anak Sebagai Pancingan agar Cepat Hamil?

Adopsi anak dijadikan pilihan dan dianggap pancingan agar wanita bisa cepat hamil. Benarkah? Cek fakta tersebut di sini.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 23 Nov 2019, 09:00 WIB
Ilustrasi orangtua dan anak (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pasangan yang sudah bertahun-tahun menikah tapi tak juga punya momongan, seringkali mendapat saran atau masukan dari orang sekitar untuk mengangkat atau adopsi anak saja.

Mereka bilang ini 'pancingan', supaya si istri cepat hamil dan keinginan dikaruniai keturunan terwujud.

Bahkan, ada juga pasangan yang baru menikah melakukan hal serupa demi terbebas dari omongan tetangga yang beranggapan bahwa pasangan yang menikah harus segera punya anak.

Kepercayaan seperti ini sudah mendarahdaging di masyarakat kita. Anak seringkali dianggap sebagai sebuah pencapaian oleh mereka yang berikrar untuk berumahtangga.

Menanggapi hal tersebut, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Better Versi Paniroi, mengatakan sah-sah saja jika pasangan memiliki sugesti positif untuk segala sesuatu yang baik. Namun, perlu digarisbawahi bahwa belum ada penelitian yang menunjukkan ada kaitan antara adopsi anak dengan terjadinya kehamilan.

"Kalau pun terjadi kehamilan spontan pada pasangan setelah mengadopsi anak, ini merupakan kejadian dan presentase yang sama pada pasangan yang tidak mengadopsi anak," kata Better kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Jumat, 22 November 2019.

 


Sebelum Adopsi Anak, Cek ke Dokter Dulu

Anak kecil / Sumber: iStockphoto

Akan tetapi ada baiknya pasangan suami istri sama-sama berkonsultasi ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan terlebih dahulu sebelum mengambil sebuah keputusan besar seperti ini.

"Untuk memiliki anak pada pasangan dengan permasalahan infertilitas harus dicari tahu dulu apa penyebab infertilitasnya. Ini yang menjadi dasar apakah pasangan tersebut bisa diusahakan untuk memiliki anak dengan program kehamilan yang tepat," kata dokter yang berpraktik di RS Premier Jatinegara Jakarta ini. 

Pasangan infertilitas merupakan sebutan untuk pasangan yang menikah lebih dari satu tahun tanpa menggunakan kontrasepsi dan melakukan hubungan seks secara rutin.

Menurut Better, penyebab infertilitas sendiri bermacam-macam. Bisa dari faktor istri atau suami, faktor istri seperti gangguan siklus haid, dan sumbatan saluran telur. Sedangkan faktor suami seperti penurunan kualitas sperma.

"Untuk itu perlu investigasi menyeluruh pasangan untuk mencari tahu apa penyebab infertilitas tersebut," kata Better yang juga berpraktik di Morula IVF Margonda, Depok, Jawa Barat.

Setelah diketahui penyebabnya, lanjut Better, dokter akan menyarankan program kehamilan yang cocok untuk pasangan tersebut mulai dari yang awal;

1. Program alamiah

2. Program inseminasi

3. Program bayi tabung

Setelah diperiksa ternyata pasien merupakan pasangan infertilitas yang penyebabnya sulit dikoreksi dan kecil sekali kemungkinan untuk punya anak, barulah dokter akan menawarkan untuk mengadopsi anak.

Better menjelaskan bahwa ada infertilitas yang penyebabnya sulit dikoreksi seperti Primary Ovarian Insufficiency (POI). Ini adalah sebuah kondisi saat ovarium seorang wanita berhenti bekerja sebelum usia 40, sehingga tak ada lagi sel telur yang dihasilkan.

"Pada kondisi seperti ini, program kehamilan bayi tabung atau IVF sekalipun tidak dapat dikerjakan," ujarnya.

 


Adopsi Anak dari Sisi Psikologis

Ilustrasi gawai ibu dan anak (iStockphoto)

Pada sebuah kesempatan, psikolog seksual Zoya Amirin mengatakan bahwa anggapan mengangkat atau adopsi anak supaya cepat dikaruniai momongan adalah bualan semata alias mitos.

Menurut Zoya, bukan anak itu yang bisa memancing seorang wanita bisa hamil tapi secara psikologis mahluk kecil menggemaskan tersebut dapat menghilangkan beban dari setiap pertanyaan orang-orang yang hanya membuat pasangan jengah.

"Sebenarnya bukan pancingan, melainkan take off the pressure dari lingkungan sosial. Jadinya ini tidak adil. Bagaimana perasaan anak kalau tahu dia anak yang diangkat sebagai pancingan? Secara psikologis kita membuat masalah baru di masyarakat," katanya.

Menurut Zoya, jika pasangan mau memiliki anak, rencanakan dengan benar tanpa ada paksaan. Tanyakan kepada pasangan masing-masing, kapan mau punya anak. Sudah siap belum punya anak? Dibawa santai malah lebih berhasil, kata Zoya.

"Aku selalu bilang sama yang baru menikah, 'Hei, have fun, hidup cuma sekali, jangan sedih'," katanya Zoya.

Dan, lanjut Zoya, kalau ada orang yang baru menikah jangan ditekan dengan doa cepat-cepat punya momongan.

"Ngucapin selamat menikah kok kayak begitu," kata Zoya. (Baca: Angkat Anak Sebagai Pancingan Hanya Mitos?)

 


Adopsi Anak, Ya atau Tidak?

ilustrasi membangunkan anak (sumber: iStockphoto)

Senada dengan Zoya, Better mengatakan bahwa mengadopsi anak untuk tujuan dan motivasi yang baik, seperti mengadopsi anak yatim piatu, merupakan hal yang sangat dianjurkan. Namun, tak ada salahnya lho memeriksakan kesehatan diri sendiri ke dokter. Cari tahu dulu penyebab wanita yang sudah menikah itu tak kunjung hamil.

"Jangan sampai motivasi yang salah di awal pada saat mengadopsi anak untuk memancing kehamilan berdampak tak baik setelah pasangan tersebut memiliki keturunan sendiri," kata Better menekankan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya