Liputan6.com, Bangkok - Penyanyi muda Muslim dari selatan Thailand yang dilanda konflik berkumpul menyanyikan lagu untuk menyambut Paus Francis, yang berada di Bangkok sebagai bagian dari tur Asia.
Mengenakan jilbab dan seragam sekolah, para siswa berkumpul di sebuah auditorium universitas untuk berlatih lagu yang ditulis khusus untuk Paus, yang tiba di Bangkok Rabu 20 November 2019 untuk kunjungan empat hari.
Advertisement
Tetapi untuk beberapa penyanyi, mengutip Channel News Asia, Sabtu (23/11/2019), pertunjukan itu lebih dari sekedar memainkan nada yang tepat. Ini menawarkan kesempatan langka bagi mereka untuk menunjukkan sisi berbeda dari suatu wilayah yang sering menjadi berita utama bagi konflik yang telah menewaskan lebih dari 7.000 orang, sebagian besar penganut Muslim dan Buddha.
"Kami berusaha mengatakan bahwa kami bukan fundamentalis," kata Furkon Tasa yang berusia 15 tahun.
Furkon adalah pemimpin mahasiswa paduan suara Attarkia Islamiah Institute yang beranggotakan 31 orang dari Narathiwat, salah satu dari tiga provinsi paling selatan di mana konflik membara ketika para militan Muslim-Melayu memperjuangkan otonomi yang lebih besar.
Furkon mengatakan lagu-lagu tersebut adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa orang-orang dari agama yang berbeda dapat dipersatukan.
"Dengan musik, kita bisa bernyanyi dan berkomunikasi dengan siapa pun," katanya kepada AFP.
Saat Muslim dan Agama Lain Bersatu
Paduan suara Muslim Thailand ini tampil di hadapan Paus pada Jumat 22 November di Universitas Chulalongkorn, bergabung dengan sekelompok etnis minoritas Kristen dan paduan suara penduduk.
Pertunjukan simbolis yang ditujukan untuk kerukunan umat beragama itu menarik lebih dari 1.500 orang, termasuk para sarjana dan mahasiswa.
Mereka yang tampil telah berlatih bersama untuk pertama kalinya pada hari Kamis, menyanyikan "Peace Prayer" dan “Songs of Freedom", keduanya diaransemen khusus untuk Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus telah menjadikan kerukunan umat beragama sebagai tema utama kunjungannya ke negara mayoritas penganut Buddha itu, perjalanan kepausan pertama sejak 1984. Ia dijadwalkan berada di Thailand hingga Sabtu, lalu menuju ke Jepang.
Sementara para siswa mengakui konflik yang telah memburuk selama 15 tahun terakhir, mereka juga menyatakan keprihatinan bahwa itu telah menciptakan gambaran yang sama sekali negatif dari rumah mereka.
"Kami adalah Muslim. Kami di sini untuk menyebarkan cinta," kata salah satu siswa, Arisa Mamat.
Advertisement
Gagasan Awal Menyanyi dengan Penganut Agama Lain
Gagasan untuk pertunjukan bersama datang setelah siswa Muslim, yang sebelumnya menyanyi dalam upacara kerajaan, bertemu penyanyi penganut Kristen di sebuah kompetisi.
Manajer Sekolah Attarkiah Phaisan Toryib mengatakan itu juga merupakan kesempatan yang baik bagi penyanyi Muslim, untuk bergaul dengan orang-orang Thailand dari agama lain dan mengekspresikan diri.
"Sekarang mereka memiliki ruang untuk menunjukkan siapa mereka," kata Arisa.