Liputan6.com, Jakarta Sadar atau tidak, ada banyak hal yang terjadi di otak ketika Anda sedang jatuh cinta. Misalnya, jantung yang berdetak kencang dan telapak tangan yang berkeringat. Serta, pelepasan dopamin yang bisa memberikan perasaan bahagia.
"Ketika berbicara tentang menemukan orang yang tepat, sains telah menetapkan bahwa ada beberapa sistem di otak kita yang bertanggung jawab untuk itu," ucap psikiater, Zorica Filipovic-Jewel seperti dikutip Bustle, Minggu (24/11/2019).
Advertisement
Sebagian besar sistem yang muncul ketika Anda jatuh cinta terdiri dari norepinefrin, dopamin, oksitosin, dan serotonin.
Bila sudah menjalani hubungan, aneka aktivitas seperti memeluk dan mencium dapat menyebabkan peningkatan hormon oksitosin yang mengarah pada perasaan kedekatan, kepercayaan, dan ikatan yang kuat.
Penurunan awal serotonin yang terjadi pada awal hubungan dapat menyebabkan pikiran menjadi obsesif, kecemasan, dan gejolak di dalam perut. Kondisi ini akhirnya akan menjadi normal dan membuat Anda merasa baik.
Saksikan juga video menarik berikut:
Respons di otak
"Jatuh cinta tidak semudah membalik saklar di otak. Ini adalah proses melupakan kebiasaan dan koneksi, yang mengubah hormon, perilaku, dan neurotransmiter," ucap profesor psikologi, Dr. Catherine Franssen.
"Otak ketika jatuh cinta menemukan pusat imbalan utama, yang terkait dengan korteks untuk menghasilkan perasaan positif, dan memiliki koneksi yang berkurang ke amigdala atau pusat rasa takut," ucap Franssen.
Koneksi-koneksi tersebut nantinya berbalik ketika seseorang merasakan sakit hati karena cinta. Ketika seorang individu menemukan hubungan itu tak lagi terasa baik, penilaian sosialnya juga akan berubah.
Memperhatikan semua kelemahan pasangan bisa membuat Anda melihat kebiasaannya menjadi lebih menjengkelkan. Penelitian dalam Journal of Experimental Psychology menemukan, orang yang melihat pasangan atau mantan mereka dengan cara negatif, cenderung bisa jatuh cinta lebih cepat.
"Penting juga untuk mencatat bahwa cinta bisa berubah seiring waktu. Hormon yang dapat meningkatkan perasaan senang dan gairah di tahap awal bisa berubah menjadi normal dan digantikan oleh perasaan tenang dan nyaman," ucap Franssen.
Penulis: Diviya Agatha
Advertisement