Liputan6.com, Jakarta - Tak banyak yang menyadari kalau tiap 16 November selalu diperingati sebagai Hari Angklung Sedunia. Angklung menjadi sebuah kebanggaan bagi bangsa Indonesia karena menjadi salah satu identitas karya dan budaya bangsa Indonesia di mata dunia.
Angklung telah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia.
UNESCO mengakui Angklung pada 16 November 2010 lalu yang kemudian dijadikan sebagai Hari Angklung Sedunia sampai saat ini.
Baca Juga
Advertisement
Menurut laman resmi Saung Angklung Udjo, tidak ada keterangan yang pasti tentang kapan angklung mulai ada dan dimainkan dalam masyarakat Indonesia.
Keterangan tertua mengenai angklung ada dalam kitab Nagara Kertagama yang menjelaskan kalau angklung merupakan alat bunyi-bunyian yang dipergunakan dalam upacara penyambutan kedatangan raja. Dalam kitab itu juga diceritakan bahwa kesenian angklung dimainkan rakyat untuk menyambut Raja Hayam Wuruk saat mengadakan peninjauan keliling daerah Jawa Timur pada 1359.
Sedangkan menurut laman Indonesia Kaya dan Rumah Belajar dari Kemendikbud, angklung merupakan alat musik multitonal atau bernada ganda yang berkembang di masyarakat Sunda atau Jawa Barat.
Dalam tradisi Sunda masa lalu, instrumen angklung sebenarnya memiliki fungsi ritual keagamaan – untuk mengundang Dewi Sri (Dewi padi lambang kemakmuran) agar turun ke bumi dan memberikan kesuburan pada padi.
Angklung terbuat dari potongan bambu. Alat musik ini terdiri dari 2 sampai 4 tabung bambu yang dirangkai menjadi satu dengan tali rotan. Tabung bambu diukir detail dan dipotong sedemikian rupa untuk menghasilkan nada tertentu ketika bingkai bambu digoyang.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Belajar di Saung Angklung Udjo
Kata ‘angklung’ sendiri berasal dari bahasa Sunda ‘angkleung-angkleungan’ yaitu gerakan pemain angklung, serta dari suara ‘klung’ yang dihasilkan instrumen bambu ini.
Angklung sebenarnya merupakan pengembangan dari alat musik calung, yaitu tabung bambu yang dipukul. Sementara, angklung merupakan tabung bambu yang digoyang sehingga menghasilkan hanya satu nada untuk setiap instrumennya.
Seiring perkembangan angklung, sejak November 2010, UNESCO telah menetapkan angklung sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia. Salah satu tempat yang masih melestarikan kebudayaan angklung adalah Saung Angklung Udjo.
Di sanggar yang terletak di Kota Bandung ini, pengunjung tidak hanya dapat melihat berbagai jenis angklung, tapi juga belajar proses pembuatan angklung. Selain di Jawa Barat, angklung juga bisa ditemui di daerah Sumatra Selatan, Lampung, Kalimantan, Jawa Timur dan Jawa Tengah juga mengenal alat musik tersebut.
Meski begitu, angklung sepertinya sudah identik dengan daerah Jawa Barat. Di Bandung pun kerap digelar perayaan khusus untuk menyambut Hari Angklung Sedunia sejak 2010.
Advertisement