Mengabadikan Momen Modern-Klasik lewat Bidikan Lensa di Jateng-DIY

Pameran foto ini menampilkan 137 foto karya 15 jurnalis foto yang menggambarkan kearifan kuno tetap menjadi kekinian di era 4.0.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 24 Nov 2019, 21:00 WIB
Pameran foto bertajuk Kunokini yang digelar di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) pada 22 sampai 28 November 2019 (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Jurnalis foto Kantor Berita Antara yang berada di wilayah Jawa Tengah dan DIY tidak hanya merekam peristiwa ‘panas’ dan aktual dari lensa kamera mereka. Pameran foto bertajuk Kunokini yang digelar di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) pada 22 sampai 28 November 2019 menjadi bukti kemampuan mereka mengemban tugas untuk menyajikan sisi lain dinamika kehidupan rakyat.

Pameran foto ini menampilkan 137 foto karya 15 jurnalis foto yang menggambarkan kearifan kuno tetap menjadi kekinian di era 4.0.

"Di era 4.0, kekuatan budaya dalam nadi masyarakat Jawa Tengah menjadi sebuah keistimewaan dan harmonisasi kebinekaan itu mengundang perhatian untuk diabadikan menjadi imaji-imaji menawan," ujar Ismar Patrizki, kurator pameran foto Kunokini.

Jurnalis foto Antara di Yogyakarta Andreas Fitri Atmoko, misalnya, mengabadikan gambar abdi dalem Keraton Yogyakarta yang berdoa saat prosesi Labuhan Parangkusumo dalam rangkaian kegiatan peringatan Tingalan Dalem Jumenengan Sri Sultan HB X, 6 April 2019. Foto ini mengungkapkan fakta tradisi dan ritual berbasis kearifan lokal yang tidak pernah ditinggalkan, sekalipun masyarakat Yogyakarta sudah mengalami disrupsi digital.

Menurut Ismar, tradisi dan dan adat istiadat yang bersumber dari kebudayaan setempat masih dilaksanakan seperti yang diajarkan dan diwariskan para leluhur Tanah Jawa. Keraton, baik Yogyakarta maupun Surakarta, sebagai pusat budaya masih berperan menjaga adat istiadat tersebut.

Ada pula foto Didi Kempot yang tampil di Panggung Breksi Sleman pada 13 September lalu. Gambar ini menunjukkan dinamika musik campursari di era 4.0.

Semula aliran musik ini hanya disukai orang tua dan masyarakat kelas menengah bawah. Didi Kempot yang seolah lahir kembali berhasil menyedot perhatian generasi Z dan membuat musik campursari bisa diterima anak muda dan kalangan atas.

"Kunokini ingin menyajikan momen demi momen unik di berbagai tempat menjadi suguhan pameran foto feature yang penuh cerita untuk masyarakat luas," ucap Ismar.


Kolaborasi Lintas Zaman

Pameran foto bertajuk Kunokini yang digelar di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) pada 22 sampai 28 November 2019 (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Kepala Redaksi Foto Perum LKBN Antara Prasetyo Utomo mengakui perubahan tak terelakkan, namun tidak selamanya negatif.

"Kolaborasi menjadi sebuah keniscayaan, tidak hanya teknologi sebab kolaborasi juga merambah ke aspek yang lain," ujarnya.

Ia mengungkapkan istilah modern-tradisional, modern-klasik, atau millennial-oldschool menjadi nilai jual baru. Contoh, melesatnya pasar modest wear membuat desainer Indonesia berkompetisi meluncurkan koleksinya. Mereka berlomba membuat koleksi yang memadukan modern fabric dengan kain tradisional seperti songket dan batik.

Salah satu foto yang merepresentasikan nilai itu adalah pembukaan Jogja Fashion Week 2019 yang mengangkat tema Sustainable Fashion di Jogja Expo Center (JEC) pada 30 Oktober lalu.

Prasetyo juga mencontohkan foto karya Aditya Pradana Putra memperlihatkan Kirab Merti Bumi Gitungan yang menampilkan boneka tokoh superhero Amerika, Superman, sebagai bentuk perpaduan dua generasi. Fleksibilitas budaya dan tradisi bisa seiring berjalan dengan tren kekinian tanpa menghilangkan esensi utamanya.

"Fenomena-fenomena semacam itulah yang mendasari pameran Kunokini, kolaborasi budaya serta tradisi lokal berpadu dengan pergerakan zaman yang dinamis," ucapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya