Liputan6.com, Yerusalem - Bagi sebagian orang, sulit rasanya untuk bertandang ke Masjid Al Aqsa di Yerusalem, karena menganggap wilayah yang diperebutkan Israel dan Palestina itu selalu penuh dengan konflik, bahkan memakan korban jiwa seperti yang banyak dilaporkan media massa.
Dari segi aturan keimigrasian, tak ada cara lain menuju ke sana selain menggunakan visa negara Israel (selaku kekuatan pendudukan di sana), yang semua urusan pengajuan visanya sudah diurus oleh agen tur.
Baca Juga
Advertisement
Jurnalis ABC Indonesia, Erwin Renaldi, menceritakan bagaimana pengalamannya ke Masjid Al Aqsa, dengan terbang langsung dari Melbourne menuju Kairo, ibu kota Mesir, untuk kemudian masuk ke Israel lewat perbatasan kota Taba di Mesir dan kota pantai Eilat di sisi Israel.
"Ada rasa waswas saat hendak memasuki perbatasan," kata WNI yang bekerja untuk media Australia itu, di mana ia pernah membaca beberapa pengalaman blogger Muslim dari luar Indonesia soal perlakuan petugas imigrasi Israel.
Seperti dikutip dari ABC Indonesia pada Minggu (24/11/2019), berikut 5 hal yang perlu diketahui sebelum berkunjung ke Masjid Al Aqsa di Yerusalem.
Simak video pilihan berikut:
1. Jujur di Perbatasan
Saat hendak melewati perbatasan, pemandu memperingatkan agar saat ditanya petugas imigrasi Israel soal data pribadi. Anda harus menjawab jujur dan akurat, sesuai data yang diberikan saat mengajukan visa Israel, terutama jika ditanya nama kakek.
Pemandu juga memperingatkan untuk tidak berfoto atau merekam video selama di kawasan perbatasan, karena pihak berwenang akan mengamati semua perilaku pelintas perbatasan. Jika ada yang dicurigai, maka bisa diinterograsi dan akan memakan waktu lama.
Ada beberapa pos yang harus dilewati, yang pertama adalah pengecekan barang bawaan dan koper-koper yang harus dibawa sendiri, karenanya penting untuk tidak terlalu membawa banyak barang agar tidak terlalu berat.
Pos kedua adalah pemberian visa Israel dan petugas imigrasi sudah mengerti jika paspor Indonesia tidak bisa diberikan stempel, karenanya mereka memberikan secarik kertas kecil seperti kupon.
"Setelah selesai, kami harus mengantri kembali untuk melewati pos pengecekan visa Israel. Disinilah petugas imigrasi Israel bertanya kota mana saja yang akan saya kunjungi, apa pekerjaan saya, dan dimana saya tinggal," kata Erwin.
Sebelumnya, pemandu di Mesir yang tidak ikut ke Israel karena rumitnya mendapat visa bagi warga Arab di kawasan sekitar, memberi tahu untuk tidak menyebutkan kata "Palestina" atau "Al Aqsa" jika tidak ditanya, karena akan bisa membuat proses keluar perbatasan lebih lama.
Tapi bukan juga berarti harus berbohong, karena Yerusalem, Jericho, dan Hebron memang menjadi tujuan para pelancong Muslim kebanyakan. Selain itu petugas tentunya sudah mengetahui jika Anda adalah kelompok tur Muslim, sehingga besar kemungkinannya mengunjungi Al Aqsa.
Advertisement
2. Letak Al Aqsa
Al Aqsa dipercaya oleh umat Muslim sebagai tempat tersuci ketiga, setelah kota Makkah dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah.
Letaknya berada di kota tua Yerusalem, yang dipercaya pernah berada di bawah kekuasaan Nabi Daud, atau David di Kitab Injil, yang diperluas oleh putranya, Nabi yang sekaligus Raja Sulaiman.
Kota tua Yerusalem juga menjadi penting untuk umat Kristen, karena tedapat 'Church of the Sepulchre' yang dipercaya umat Kristen tempat dimana Yesus disalib dan dikuburkan.
Sementara bagi umat Yahudi, 'The Western Wall' atau dikenal dengan sebutan Dinding Ratapan menjadi tempat paling suci bagi umat Yahudi. Mereka percaya dinding ini sebagai bagian dari Kuil Yahudi yang dibangun oleh Raja Sulaiman.
Perjalanan menuju Al Aqsa dari kota tua Yerusalem harus melewati lorong-lorong dengan jalan bebatuan serta beberapa anak tangga.
Al Aqsa sendiri adalah sebuah kompleks dengan luas sekitar 144 hektar yang memiliki empat bangunan masjid.
Yang paling terkenal dan seringkali orang mengira sebagai masjid Al Aqsa adalah bangunan dengan kubah emas. Nama sebenarnya dari bangunan ini adalah 'Qubbatus Saqara' atau 'Dome of the Rock' yang dibangun 688 oleh khalifah Abd al-Malik ibn Marwan.
Di bawah kubah tersebut terdapat batu yang dipercaya oleh sebagian umat Muslim sebagai tempat berpijaknya Nabi Muhammad saat melakukan perjalanan Isra Miraj.
Sementara umat Yahudi percaya bebatuan tersebut sebagai tempat saat Nabi Ibrahim hendak mengkurbankan anaknya, Nabi Ismail.
3. Tak Semua Muslim Bisa Masuk, Mengapa?
Gerbang masuk ke pelataran Al Aqsa dijaga oleh sejumlah polisi Israel dan Anda bisa melewatinya setelah menjawab asal negara.
Beberapa faktor seperti kewarganegaraan, agama, busana, dan faktor penampilan lain berpengaruh pada seberapa cepat Anda diizinkan masuk ke dalam kompleks masjid, menurut Edwin.
"Saya sempat berkenalan dengan pasangan asal Kanada yang mengaku sudah memeluk agama Islam beberapa tahun dan mereka mengatakan jika polisi Israel meminta mereka untuk mengucapkan syahadat sebelum masuk untuk memastikan mereka Muslim," jelasnya.
"Tapi pernah ada dua orang lainnya di belakang saya yang ditanya lebih lama, karena mereka memiliki penampilan fisik seperti orang Arab," lanjut Erwin.
"Baru belakangan saya memahami jika mereka yang menggunakan pakaian Muslim, seperti memakai jubah atau penutup kepala untuk pria, akan lebih mudah untuk masuk. Tapi, ada perkecualian jika mereka berpenampilan Arab dan orang kulit putih."
Banyak kalangan menyebut Al Aqsa sebagai "tempat yang paling diperebutkan di muka bumi", terutama setelah tekanan dari kelompok ektrimis Yahudi yang ingin Israel mengambil kekuasaan sepenuhnya karena mereka percaya disanalah Kuil Sulaiman akan dibangun kembali.
Sejumlah media massa melaporkan pihak Israel mengaku sebenarnya penerapan aturan yang ketat bertujuan agar menjaga kemanan situasi di lokasi tersebut, karena seringkali warga Israel dan Palestina terlibat keributan di kompleks Al Aqsa.
Tapi di sisi lain sejumlah cara juga dilakukan oleh pemerintahan Israel untuk mencegah masuknya warga Muslim Palestina ke kompleks Al Aqsa. Salah satu yang paling terkenal adalah pembangunan tembok pemisah di kawasan Tepi Barat di tahun 2000 dan dunia internasional menyebutnya sebagai "penjara" bagi warga palestina.
Dari sekitar 3 juta warga Palestina di Tepi Barat, hanya mereka yang berusia di atas 50 tahun yang bisa mendapatkan akses masuk ke Al Aqsa, sementara yang lainnya perlu mendapat izin dari pemerintah Israel.
Sementara bagi warga Muslim yang sudah tinggal di sekitar kota tua Yerusalem, baru pada hari Jumat dan hari raya mereka diperbolehkan shalat di Al Aqsa.
Advertisement
4. Pelindung Al Aqsa
Diakui sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO, kota tua Yerusalem dibagi menjadi empat wilayah, yakni wilayah Kristen, Yahudi, Muslim, dan Armenia, yang dilindungi hukum internasional.
Tapi sejumlah media di timur tengah, seperti Al Jazeera pernah menurunkan laporan soal penguasaan wilayah sebelah timur oleh Israel yang ilegal dan telah melanggar hukum tersebut, termasuk memukimkan penduduk Israel di wilayah Muslim.
Yigal Palmor, mantan juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel pernah mengatakan "semua agama dipersilakan" untuk mengunjungi tempat suci mereka, seperti yang dikutip dari Reuters.
Tapi, tetap banyak Muslim yang enggan berziarah ke Al Aqsa karena dengan mengajukan visa Israel artinya mengakui kedaulatan negaranya.
Seperti halnya Arab Saudi yang menjadi penjaga Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, kompleks Al Aqsa sepenuhnya berada di bawah perlindungan Kerajaan Yordan, setelah mereka menaklukan kawasan Tepi Barat dan Yerusalem Timur di tahun 1948.
Di tahun 1967, Kerajaan Yordan dan Israel kemudian sepakat jika sebuah organisasi bernama 'Jerusalem Islamic Waqf' akan menguasai bagian dalam kompleks Al Aqsa, termasuk untuk biaya pemeliharaan dan pengeluarannya.
Sementara Israel bertanggung jawab dengan bagian luarnya, meski hubungan keduanya pun tidak selalu mulus dan tak jarang juga memicu pertikaian yang menewaskan warga Palestina dan polisi Israel.
Tapi beberapa pihak dari 'Jerusalem Islamic Waqf' di Yordan dan pihak Masjid Al Aqsa telah beberapa kali mengajak warga Muslim untuk tidak takut mengunjungi Al Aqsa dan Yerusalem.
Bahkan Presiden Palestina dan Otoritas Nasional Palestina, atau PNA, Mahmoud Abbas pernah mengatakan mengunjungi Al Aqsa adalah sebagai bentuk dukungan.
5. Mengunjungi Kota Selain Yerusalem
Berkunjung ke kota lain selain Yerusalem, semisal Hebron yang masih berada di Tepi Barat, adalah hal mungkin ketika Anda bertandang ke tanah yang dikuasai Israel itu.
Daerah ini menjadi kawasan terbesar kedua milik Palestina setelah Gaza, tapi tetap dibagi dua dengan sebutan H1 untuk yang dikuasai oleh PNA dan H2 yang berada di bawah kekuasaan Komite Komunitas Yahudi di Hebron.
Salah satu tempat yang popular di Hebron adalah Masjid Al Khalil yang bersebelahan dengan sinagog yang bernama 'Cave of the Patriarchs'.
Pembagian ini dilakukan karena umat Muslim dan Yahudi percaya di tempat tersebut terdapat kuburan atau maqam Nabi Ibrahim berserta keluarganya.
Dalam bahasa Arab, kata 'maqam' sebenarnya bukan selalu berarti kuburan, bisa juga tugu peringatan atau tempat dimana seseorang pernah singgah, berada atau tinggal.
Untuk masuk ke sana, peziarah Muslim hanya diperbolehkan masuk lewat masjid dengan melewati detektor yang dijaga polisi Israel.
Tempat lain yang bisa dikunjungi di Tepi Barat adalah Jericho yang berdekatan dengan Sungai Yordan.
Kawasan ini awalnya diduduki oleh Kerajaan Yordan, kemudian diambil Israel di tahun 1967. Tapi sejak tahun 1994, administrasi dari wilayah ini diberikan kepada PNA.
Disinilah terdapat tempat dan sebuah masjid yang diberi 'Nabi Musa' dan dipercaya sebagai makam dari Nabi Musa.
Advertisement