Liputan6.com, Jakarta - Tidak hanya dilakukan sendiri, berlatih meditasi pun dapat dilakukan bersama pasangan. Seperti yang dilakukan Dinda Utami Sasetyo, seorang ibu yang juga praktisi olahraga dan kesehatan dari Asosiasi Pelatih Kebugaran Indonesia (APKI).
"Aku dan suami melakukan meditasi untuk mengenali diri kita sendiri sebenarnya. Sehingga kalau kita mengenali diri sendiri, kita bisa lebih mengenali orang lain, dan juga lebih memahami orang lain," kata Dinda kepada Health Liputan6.com usai menjadi moderator di Humanize Us 2019 di Plaza Indonesia, Jakarta, belum lama.
Advertisement
Menurut pelatih kebugaran sejumlah pesohor Ibu Kota ini, dengan kesibukan yang amat padat membuat kita lupa dan tidak memiliki waktu untuk sekadar mengenali diri sendiri dan orang lain yang ada di sekitar kita.
Dengan meditasi, kata Dinda, membuat kita menjadi lebih akrab dengan diri sendiri dan kita jadi belajar menghargai hal-hal kecil yang ada di hidup kita.
“Meditasi (bikin kita) menjadi familiar dengan diri sendiri. Terkadang, karena kesibukan kita itu lupa kita siapa. Pertanyaan kita itu siapa melalui banyak proses. Kalau kita sekolah itu kan kita belajar dulu baru ujian. Tapi di hidup itu kita ujian dulu baru belajar. Jadi, ketika kita ada masalah tertentu, baru 'oh, iya, ini ternyata masalahnya,” Dinda menambahkan.
Manfaat Meditasi
Lebih lanjut, meditasi dirasakannya manjur untuk mengatasi sejumlah masalah yang menggangu pikiran. Aktivitas pemusatan pikiran dan perasaan ini bisa membawa suasana tenang yang mengarahkan pelakunya untuk lebih mindfull dan terarah sehingga solusi yang tepat bisa ditemukan.
“Katakanlah aku orangnya suka emosian, gampang nge-gas, dikit-dikit bete gitu, misalnya. Setelah misalnya meditasi dan berdiam diri, perasaan lebih lega," ujarnya.
"Meditasi itu ilmu berdiam diri lah ibaratnya, untuk bisa sekadar merasakan aja napas itu gimana. Kita sehari-hari napas, tapi kita tidak merasakan. Jadi, sekadar merasakan tenang dan yang paling minimal itu ya merasakan napas begitu. Itu membuat aku kembali ke tengah gitu. Jadi mindfull dan di saat kita sudah bisa practice itu, di saat kita hectic bisa tunggu dulu. Jadi buat aku ya itu, meditasi penting banget buat aku punya waktu luang untuk berdiam diri,” Dinda melanjutkan.
Advertisement
Membicarakan Masalah Bersama Pasangan
Dinda mengatakan bahwa membicarakan masalah dengan orang terdekat terlebih dahulu, dalam hal ini pasangan, merupakan langkah yang paling tepat untuk dilakukan.
Dengan membahas gangguan-gangguan mental, seperti rasa khawatir berlebihan, bersama pasangan akan membuat kita lebih tenang dan tidak menimbulkan prasangka lain yang menambah buruk ke khawatiran itu.
“Kalau aku cenderung hanya cerita sama orang terdekat dulu, terutama dengan suami. Dan, berusaha membahasnya itu bukan menjadi masalah tapi melihatnya secara netral. Karena sesuatu itu menjadi baik dan buruk karena kita yang narok, kan?," kata Dinda.
"Jadi, misalnya aku bilang aku kayaknya lagi deg-degan atau aku lagi worry gitu atau ada kekhawatiran tertentu, aku seberusaha mungkin untuk melihat itu dari sisi penasaran jadi bukan dari sisi prasangka ‘Duh ini gua kenapa, sih, worry mulu?’. Jadi, aku lebih ke mengetahui dulu bahwa punya worry itu lebih ke oke jadi menerima. Setelah kita menerima, pelan-pelan baru kita bisa mencari apa sih sebenarnya akar permasalahannya,” ujar wanita yang sehari-hari bermarkas di Fitness Embassy, studio kebugaran pribadi di kawasan Jakarta Selatan.
Menurut Dinda, kita butuh berbagi cerita dengan orang terdekat seperti pasangan yang sudah mengenal kita lebih lama. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa pasangan akan dapat menjadi pendengar yang baik tanpa membantah dan menghakimi saat kita berbagi cerita.
“Jadi, misalnya ada yang merasa tidak enak atau apapun itu bicarakan kepada seseorang yang kita percaya dan kita dekat dan bisa mendengar tanpa nge-judge gitu. Kadang kalau kita ada masalah itu kita hanya mau didengar. Kalau kita tanya baru kita akan tanya. Kadang-kadang kita butuh somebody with the good ear gitu. Dan, itu buat aku adalah suamiku," Dinda menerangkan.
Penulis: Winda Nelfira