Temui Ilmuwan Indonesia di Korsel, Jokowi: Kita Akan Menata Riset dan Inovasi

Jokowi bertemu dengan para ilmuwan dan peneliti dari Indonesia yang berada di Korea Selatan.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 25 Nov 2019, 13:07 WIB
Jokowi bertemu dengan para ilmuwan dan peneliti dari Indonesia yang berada di Korea Selatan. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah fokus pada pembangunan infrastruktur pada lima tahun ke belakang, kini fokus pemerintahan Jokowi lima tahun ke depan bertitik pada pembangunan sumber daya manusia. Saat bertemu dengan para ilmuwan dan peneliti dari Indonesia yang berada di Korea Selatan, Jokowi menyatakan, pemerintah juga mulai menata soal riset dan inovasi.

Setelah pembangunan SDM, pemerintah akan mulai berfokus pada pengembangan riset dan inovasi secara besar-besaran.

"Kita tidak ingin pikiran kita itu semuanya kita kerjakan, dan enggak ada hasilnya semuanya. Jadi pemerintah sekarang ini ingin bekerjanya fokus, gampang dikontrol, dicek, diawasi, sehingga tidak semuanya. Memang ini kita baru menata untuk riset dan inovasi," kata Presiden Jokowi di Hotel Lotte, Busan, Senin (25/11/2019).

Selain itu, di ibu kota baru nantinya Jokowi ingin agar dirancang sebuah cluster besar untuk riset dan inovasi, di samping cluster pemerintahan dan cluster pendidikan yang memuat universitas-universitas kelas dunia.

"Saya enggak tahu nanti perisetnya ada berapa puluh ribu, tapi saya ingin gede banget karena memang sudah kita siapkan lahan di ibu kota yang baru dan kita ingin kalau sudah masuk ke sana artinya memang harus dibelokkan. Yang dulu anggarannya banyak ke infrastruktur akan mulai digeser masuk ke riset dan inovasi," jelas Jokowi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Indonesia Emas 2045

Jokowi bertemu dengan para ilmuwan dan peneliti dari Indonesia yang berada di Korea Selatan. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Berkaitan dengan riset dan inovasi, Jokowi menegaskan Indonesia mulai bertransformasi. Dalam bidang energi misalnya, penggunaan B20 yang sebentar lagi menjadi B30 telah berhasil mengurangi impor bahan bakar. Selain itu, ia juga ingin agar Indonesia tidak lagi mengekspor komoditas dalam bentuk bahan mentah.

"Saya kira negara kita memang terlalu banyak barang-barang yang bisa diubah dari yang dulunya diekspor barang mentah, menjadi barang-barang jadi atau setengah jadi. Itu strategi bisnis negara jadi ada added value, ada nilai tambah yang bermanfaat bagi rakyat. Dan kita harus optimis bahwa itu bisa kita kerjakan dengan baik," katanya.

Pertemuan dengan para peneliti dan ilmuwan muda ini, kata Jokowi, mendorong semangat untuk meyakini apa yang diprediksi sejumlah lembaga internasional akan terwujud, yakni Indonesia emas 2045. Pada saat itu, Indonesia disebut akan menjadi empat besar kekuatan ekonomi dunia dengan pendapatan per kapita mencapai US$ 23.000-US$ 29.000 per tahun.

"Kalau sekarang UMK kita baru Rp 2-3 juta, nantinya sudah berada pada Rp 27 juta per bulan. Lompatan yang sangat besar sekali dan itu akan terjadi kalau step-step besar, pekerjaan-pekerjaan besar di negara kita ini kita lalui dengan tahapan-tahapan yang benar, tanpa terganggu oleh misalnya turbulensi politik. Jangan sampai. Kalau stabilitas politik dan keamanan itu ada seperti ini terus, insyaallah hitung-hitungan itu tidak akan meleset," ujarnya.

Turut mendampingi Jokowi dalam pertemuan tersebut, antara lain, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya