Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China sedang mempertimbangkan untuk mengganti pejabat penghubung paling seniornya di Hong Kong. Beijing juga telah mendirikan pusat komando krisis di kota perbatasan selatan Shenzhen untuk memperketat kontrol atas upaya mengelola pergolakan di wilayah semi-otonom China tersebut.
Biasanya, komunikasi antara Beijing dan Hong Kong dilakukan melalui badan pemerintah Tiongkok yakni, the Liaison Office of the Central People's Government in Hong Kong.
Kantor Penghubung ditempatkan di gedung pencakar langit Hong Kong yang ditumpuk dengan kamera pengintai, dikelilingi oleh barikade baja dan ditutup oleh bola kaca yang diperkuat.
Baca Juga
Advertisement
Tetapi, para pemimpin China daratan telah mengelola tanggapan mereka dari sebuah villa di pinggiran Shenzhen, melewati birokrasi formal, dan sedang mempertimbangkan potensi mengganti direktur agensi, Wang Zhimin, kata dua orang yang akrab dengan situasi tersebut.
Wang adalah pejabat politik daratan paling senior China daratan yang ditempatkan di Hong Kong.
Kantor tersebut telah menjadi sasaran kritik, baik di Hong Kong dan China karena salah menilai situasi di kota.
"Kantor Penghubung telah bergaul dengan orang-orang kaya dan elite daratan di kota dan mengisolasi diri dari orang-orang," kata seorang pejabat China kepada Reuters, seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa (26/11/2019). "Ini perlu diubah," lanjutnya.
Kantor Penghubung mungkin menghadapi tekanan yang meningkat setelah hasil pemilu Hong Kong akhir pekan lalu menunjukkan kekalahan besar bagi partai-partai pro-Beijing dalam pemilihan distrik setempat pada hari Minggu.
Di sisi lain, kandidat pro-demokrasi memenangkan lebih dari 80 persen kursi, mengamankan mayoritas kursi untuk pertama kalinya, setelah melakukan kampanye menentang perambahan yang dirasakan Beijing terhadap kebebasan Hong Kong.
Kantor Urusan Dewan Hong Kong dan Makau serta Kantor Penghubung di Hong Kong tidak membalas permintaan komentar melalui faks.
Kantor Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam menolak berkomentar.
Simak video pilihan berikut:
Kubu Pro-Beijing Kalah Pemilu Hong Kong
Kubu pro-demokrasi berhasil menang besar di pemilu distrik Hong Kong yang berlangsung Minggu, 24 November 2019. Sebanyak 385 dari 452 kursi dewan distrik berhasil disapu bersih oleh oposisi pemerintah.
Di lain pihak, kubu petahana yang pro-Beijing menderita kekalahan besar dan hanya berhasil mendapatkan 59 kursi. Padahal pada pemilu empat tahun lalu kubu pro-Beijing mendominasi pemilu distrik.
Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam yang disbut sebagai pro-Beijing, mengaku menerima hasil tersebut. Ia senang karena proses politik berhasil berjalan damai, serta berjanji akan merenungkan hasil ini.
"Ada banyak analisis dan intepretasi yang mengatakan hasil ini mencerminkan ketidakpuasan publik dengan keadaan saat ini dan adanya masalah mendalam di masyarakat," ujar Carrie Lam.
"(Pemerintah akan) mendengarkan opini-opini dari kalangan publik dengan rendah hati dan merenung secara serius," lanjutnya.
Hasil pemilu distrik ini juga mengejutkan bagi kubu pemerintah Hong Kong, pasalnya mereka meyakini pemilu ini akan membuktikan bahwa pemerintah lebih populer daripada kubu pro-demokrasi yang berbulan-bulan protes.
"Langit dan bumi sudah terbalik," ujar Junius Ho, politikus pro-Beijing yang kalah di pemilu ini.
Advertisement