Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, ilmuwan mengklaim bahwa gemuruh misterius yang dibawa tornado dapat digunakan untuk memprediksi kapan dan di mana angin ribut ini akan menyerang.
Menurut mereka, badai mengeluarkan suara aneh sebelum tornado terbentuk, yaitu gelombang di bawah 20Hz yang tidak dapat didengar manusia. Namun, penyebab munculnya bunyi berisik di dalam badai masih menjadi teka-teki.
Kini para peneliti mengatakan telah menemukan faktor penting dalam memanfaatkan pengetahuan untuk meningkatkan peringatan datangnya tornado sebelum pusaran terbentuk.
Baca Juga
Advertisement
"Tiga kemungkinan adalah osilasi inti (dalam tornado), relaksasi tekanan, dan efek panas laten," kata Dr Brian Elbing, dari Oklahoma State University, yang merupakan bagian dari tim riset tersebut.
"Itu semua mungkin karena gelombang 20Hz terjadi sebelum tornado menyentuh tanah, lalu berlanjut setelah mendarat, dan kemudian menghilang beberapa saat usai tornado melayang lagi ke udara," imbuhnya, dikutip dari The Guardian, Selasa (26/11/2019).
Penjelasan ilmiah ini dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Physical Society's Division of Fluid Dynamics di Seattle, Amerika Serikat.
Suara frekuensi rendah yang dihasilkan oleh tornado sudah diketahui selama beberapa dekade terakhir, tetapi Elbing menyebut masalah besar yang dihadapinya dan tim: kurangnya pemahaman tentang apa yang menyebabkan suara seperti itu, serta kesulitan untuk menguaknya dari tornado dan aspek cuaca lainnya.
Rincian Alat
Alat yang digunakan Elbing cs melibatkan mikrofon yang mampu mengambil suara frekuensi rendah yang disegel di dalam kubah yang memiliki empat bukaan di masing-masing sudut sebelah kanan, tiap-tiap kubah terhubung ke sebuah selang.
Tiga dari kubah tersebut disusun dalam segitiga sama sisi, berjarak 60 meter dari satu sama lain.
Elbing menjabarkan, pengaturan seperti ini memungkinkan ia dan rekan-rekannya untuk menyaring suara dari angin normal dan mengikuti arah angin puting beliung bergerak.
Sedangkan sinyal yang dihasilkan dari perangkat tersebut bisa memprediksi ukuran tornado: frekuensi 1Hz menunjukkan tornado yang sangat besar, sedangkan 10Hz menunjukkan yang kecil.
Elbing dan tim melaporkan sebuah kasus di Oklahoma, di mana mereka dapat mengambil petunjuk berupa audio berdurasi delapan menit sebelum pusaran tornado terbentuk, dengan gelombang yang jelas terdeteksi empat menit sebelum badai menyentuh tanah.
"Ada bukti bahwa jumlah waktu tunggu sebelum tornado terbentuk, tergantung pada seberapa besar tornado itu," kata Elbing, menambahkan bahwa suara frekuensi rendah terdeteksi hingga dua jam sebelum tornado terbentuk.
"Tornado yang kami deteksi ini sangat kecil, tidak ada peringatan untuk tornado ini ... itulah sebabnya, bahkan, peringatan empat menit sebelum tornado adalah masalah besar."
Advertisement
Masih Banyak Kekurangan
Dr Harold Brooks, pakar tornado di US National Oceanic and Atmospheric Administration yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan banyak pertanyaan yang perlu dijawab sebelum pendekatan tersebut bisa dimanfaatkan, termasuk "apakah semua tornado mengeluarkan suara seperti itu, apakah suara seperti itu bisa terbentuk dari badai lain, dan seberapa akurat pendekatannya?"
"Tidak jelas berapa banyak pengaturan mikrofon yang diperlukan untuk menawarkan jangkauan yang baik, karena pendekatan tersebut didasarkan pada suara gelombang daripada gelombang cahaya," ucap Brooks.
"Ini memang sangat menarik, tetapi ada banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan untuk melakukan percobaan dalam skala yang relatif besar untuk benar-benar mengujinya," pungkasnya.