Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag), Kamaruddin Amin mengungkapkan, pihaknya menemukan dua pesantren yang diduga terindikasi radikalisme.
Menurut Kamarudin, temuan ini berdasarkan kerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
"Jadi masih berpotensi, terindikasi tapi belum ke arah situ, dan itu hanya 2," kata Kamaruddin Amin di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Dia menjelaskan, pihaknya juga melakukan penelitian dan survei terhadap para santri di dua pesantren tersebut. Menurut Kamaruddin, para santri itu mayoritas setuju mengganti pancasila.
"Ada juga pertanyaan apakah sutuju pemimpin nonmuslim? Ada yang setuju dan tidak setuju, mungkin itu bisa dikategorikan intoleran," ungkap Kamaruddin.
Baca Juga
Advertisement
Sementara, Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suaib Tahir menyebutkan, pihaknya terus memaksimalkan upaya pencegahan penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Indonesia. Satu di antaranya dengan cara memanfaatkan pesantren.
"Tahun ini kami bergerak di pesantren-pesantren karena di tempat itu sangat memiliki potensi untuk melawan narasi pemikiran radikal," katanya, Selasa 20 November 2019 lalu.
Upaya pencegahan paham radikalisme tersebut dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya dengan terus melakukan sosialisasi, seminar, workshop dan lain sebagainya.
"Rakyat masih ada yang rentan terkena atau terpapar terorisme. Tidak ada masyarakat yang tidak rentan radikalisme dan terorisme. Itu banyak buktinya, karena itu kami juga mengoptimalkan upaya sosialisasi, seminar, workshop dan lain-lain," ujarnya.
Reporter: Intan Umbari Prihatin
Sumber: Merdeka.com