Liputan6.com, Blora - Apa yang terbayangkan ketika mendengar kata kepompong? Pastinya, metamorfosis kupu-kupu. Lantas, bagaimana jika kepompong diolah menjadi makanan, bahkan menjadi menu yang menggiurkan. Di Blora ada jawabannya.
Warga kabupaten yang terletak di Jawa Tengah ini memiliki kebiasaan berburu ungker jati untuk dimakan. Ungker jati adalah sebutan untuk ulat pohon jati yang bermetamorfosis menjadi kepompong.
Ungker jati memiliki panjang 1,4 sampai 1,9 sentimeter dengan berat berkisar 0,7 sampai 1,3 miligram. Kandungan protein ungker relatif tinggi. Hal ini membuat ungker memiliki rasa yang gurih dan digemari banyak orang.
Baca Juga
Advertisement
Kartini, salah seorang ibu rumah tangga di Blora mengungkapkan, ungker jati menjadi menu andalan saat memasak untuk keluarganya.
Biasanya, ia mengolah ungker menjadi oseng-oseng dicampur dengan daun kedondong. “Rasanya semakin sedap,” ujar Kartini kepada Liputan6.com, Minggu (24/11/2019).
Kartini kerap menghabiskan sepiring ungker bersama dengan suaminya hingga tak tersisa. "Kami sama-sama hobi makan ungker jati," ucapnya.
Marak pada Musim Hujan
Ungker jati bermunculan pada awal musim hujan. Hewan ini menyerang pohon jati yang daunnya baru saja tumbuh. Sebab, musim kemarau membuat pohon jati meranggas. Ulat jati yang berada di pohon akan turun ke tanah dengan cara terjun menggunakan air liur yang membentuk sulur. Sepintas, proses ini mirip perilaku laba-laba.
Saat berada di tanah, ungker akan mencari tempat untuk bersembunyi, seperti di balik daun atau batu. Hewan ini akan membungkus tubuhnya dengan air liur dan butiran tanah. Proses ini mengakibatkan mereka berubah menjadi kepompong berwarna cokelat kehitaman.
Warga sekitar hutan jati di Blora pun memanfaatkan hal ini. Mereka rajin berburu ungker ketika musim hujan.
"Sekarang masih jarang hujan, jadi ungker jati masih jarang dan ini yang membuat ungker jati harganya mahal, bisa mencapai Rp 150.000 per kilogram," kata Lasno, warga di sekitar hutan jati Blora.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement