Liputan6.com, Jakarta - Nissan sudah mengumumkan bakal menghentikan produksi merek mobil murahnya, Datsun, di Indonesia. Proses penghentian produksi Datsun GO dan GO+ ini akan dimulai pada Januari 2020.
Lalu, dengan keputusan tersebut, bagaimana nasib Datsun serta karyawannya di Indonesia?
Dijelaskan Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (Imatap) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika pihak Nissan akan melakukan pengalihan kegiatan produksi dari perakitan kendaraan berbahan bakar minyak (KBM) menjadi produksi mesin.
"Dampak pengalihan kegiatan produksi ini, Nissan masih akan melakukan analisis lebih lanjut, apakah kegiatan produksi mesin ini dapat menyerap seluruh tenaga kerja Nissan saat ini," jelas Putu melalui pesan elektroniknya kepada Liputan6.com, Selasa (26/11/2019).
Baca Juga
Advertisement
Namun, Putu enggan memberikan detail terkait informasi tersebut, dan bagaimana nasib merek Datsun pasca tidak lagi diproduksi di Indonesia.
"Informasi lebih lengkap silahkan hubungi pihak Nissan," tegasnya.
Sementara itu, mencoba mengkonfirmasi lebih lanjut terkait nasib merek Datsun di Indonesia, setelah tidak lagi melakukan produksi di Indonesia, Head of Product Communication Nissan Motor Indonesia (NMI), Hana Maharani, enggan memberikan banyak informasi, dan hanya menegaskan komitmennya di Tanah Air.
"Yang bisa kita sampaikan adalah, Nissan terus berkomitmen terhadap pasar dan konsumen di Indonesia," pungkasnya.
PHK sebelumnya
Sebelumnya, Nissan sendiri sudah berencana untuk memangkas 12.500 karyawan yang tersebar di seluruh dunia. Jumlah tersebut lebih besar dua kali lipat dibanding rencana Mei lalu.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur PT Nissan Motor Indonesia (NMI), Isao Sekiguchi membenarkan keterangan CEO Nissan, Hiroto Saikawa saat press conference minggu lalu.
“Sebagai bagian dari upaya kami untuk memperbaiki operasi dan efisiensi investasi, kami mengambil tindakan untuk menghentikan atau mengurangi kapasitas di lini produksi di 8 lokasi. Dari FY20-FY21 kami akan menghentikan atau mengurangi kapasitas, di lini atau pabrik di 6 lokasi. Total pengurangan jumlah karyawan akan menjadi sekitar 12.500 orang," katanya kepada Liputan6.com.
Saat disinggung dampak program pengurangan pekerja tahap pertama di Indonesia mencapai 830 karyawan, Isao Sekiguchi enggan berkomentar lebih jauh.
"Tidak ada detail spesifik yang dapat dibagikan saat ini," ujarnya singkat.
Advertisement